Welcome to my blog

Hidup bukanlah untuk diratapi tetapi harus dijalani, bila tak bisa kau dapatkan kebahagiaan dalam satu sisi, carilah bahagiamu dalam sisi lainnya. Seperti mata uang yang berbeda sisi, nilainya sama.

Friday 6 February 2015

Materi Managemen keuangan II



Bab XII
MANAGEMENT CASH

Dengan perencanaan yang baik serta pengawasan yang teliti dapat dijaga agar pada setiap saat perusahaan memiliki cash yang ada tidak berlebihan tetapi juga tidak kekurangan.
             Uang tunai    
Cash                  
             Uang di Bank (Demand Deposit)

Besarnya saldo cash tergantung :
1.     Transaction Motive ; menyimpan uang tunai untuk motif transaksi sehari – hari selama 1 bulan.
2.     Precavtionary Motive ; menyimpan uang tunai untuk berjaga – jaga selama 1 bulan.
3.     Speculative Motive ; menyimpan uang tunai degan tujuan spekulasi, missal dipasar modal saham turun harganya.

Faktor – faktor lain yang mempengaruhi saldo cash :
a.      Tersedianya credit jangka pendek.
b.      Variasi dalam arus uang.

Keuntungan memiliki cash yang cukup :
1.      Dapat menarik keuntungan dari potongan – potongan dalam perdagangan (trade discount).
2.      Dapat menaikkan ratio (CR & ACID Test Ratio) → meningkatkan kelayakan kredit (credit standing persh).
3.      Memungkinkan persh menarik manfaat dari kesempatan usaha yang menguntungkan.
4.      Untuk menghadapi keadaan darurat.
Safety Level of Cash Balance
Saldo kas minimum yang perlu dimiliki persh untuk melindungi persh dari resiko kesalahan – kesalahan dalam perhitungan saldo kas.
Resiko atau biaya yang mungkin terjadi karena kesalahan management cash :
1.      Penunggakan.
2.      Pembayaran lewat waktu.
3.      Kehilangan keuntungan waktu pembelian.

Safety Level of Cash = (jumlah yang diinginkan) x (rata – rata harian pengeluaran cash)
Keluar masuknya cash dapat diatur :
1.      Penyesuaian atau sinkronisasi arus uang.
2.      Mempercepat penagihan.
3.      Memperlambat pembayaran.
4.      Mempergunakan kambang.


Kambang (float) adalah perbedaan saldo uang di Bank menurut buku persh dan saldo uang menurut rekening koran dari Bank.
Cash balance minimum suatu persh adalah safety level of cash ditambah precautionary motive.
Dalam memberikan pinjaman Bank menuntut adanya simpanan dalam bentuk deposit yang dinyatakan dalam persentasi dari jumlah pinjaman yang diberikan atau Maximum Line of Credit.
Simpanan tersebut dikenal dengan Compensating Balance atau Compensatory Balance.
Marketable Securities (epek – epek) :Adalah surat – surat berharga yang diperjualbelikan ; saham – saham, obligasi, sertifikat bank, dll.
Alasan persh menyimpan dananya dalam bentuk epek – epek :
1.      Subtitusi cash.
2.      Investasi sementara.

Beberapa alasan memiliki epek – epek :
1.      Resiko goncangan harga.
2.      Mudah diperjualbelikan.
3.      Jatuh tempo.


Bab XIII
MANAGEMENT PIUTANG

Piutang ( Account Receivable) adalah Suatu perkiraan aktiva yang menunjukkan jumlah yang terutang akibat penjualan barang atau jasa.
Tujuan investasi dalam piutang untuk :
1.      Meningkatkan penjualan.
2.      Meningkatkan laba.
3.      Memenuhi syarat persaingan.
Faktor – faktor yang menentukan besarnya investasi :
-          Volume penjualan kredit.
-          Jangka waktu rata – rata antara penjualan dan penagihan (average collection period) → tergantung pada variable. Kebutuhan kredit :
1.      Credit standard → 5C : capital, collateral, character, capacity, condition of economic.
2.      Credit period :
a.       Cash discount 2/10, net 30 (akan mendapat discount 2% bila membayar sebelum tanggal 10
b.      Jangka waktu kredit diperpanjang akan menaikkan : Seasonal dating 2/10, net 30 June 15:
-       Penjualan
-       Dana / biaya
3.      Cash discount akan menaikkan :
-          Penjualan
-          Dana/biaya
4.      Collection policy :
Proses penagihan makan waktu, mahal dan merugikan.
AGING OF ACC. REC
(ANALISA PERKIRAAN PIUTANG)
    Jadwal Usia Piutang
Piutang dari bulan
Jumlah
Persen
1.      Des 1999
3.000.000
50 %
2.      Nop 1999
1.500.000
25 %
3.      Okt 1999
1.000.000
17 %
4.      Sept 1999
  200.000
3 %
5.      Bulan-bulan sebelumnya
  300.000
5 %

6.000.000
100 
Bila perusahaan menjual dengan syarat kredit 30 hari maka:
-          50 % belum lewat waktu
-          25 % lewat 1 bulan
-          17 % lewat 2 bulan
-          8 % lewat lebih 3 bulan
50 % lewat waktu → Kebijaksanaan kredit terlalu longgar.



Bab XIV
MANAGEMENT PERSEDIAAN

Persediaan (Inventory) adalah Bahan atau barang – barang yang pada suatu saat akan dijual kembali oleh perusahaan tanpa atau setelah mengalami proses pengolahan.

Jenis – jenis inventory :
1.      Raw material (bahan).
2.      Work in process (bahan dan pengolahan)
3.      Finished goods (produk jadi)

Manfaat persediaan :
1.      Mencegah hilangnya kesempatan untuk menjual.
2.      Menarik keuntungan dari potongan – potongan.
3.      Mengurangi biaya pesan.
4.      Menjamin kelancaran proses produksi.

Besar kecilnya investasi dalam persediaan, tergantung :
a.       Tingkat penjualan.
b.      Jangka waktu dan aspek teknis pada proses produksi.
c.       Ketahanan produk jadi.

Besar kecilnya investasi dalam persediaan, berdasarkan jenisnya :
A.    Persediaan bahan tergantung :
-          Tingkat produksi
-          Pengaruh musiman terhadap produksi
-          Tersedianya sumber bahan
-          Efisiensi perencanaan
B.     Persediaan barang dalam proses
-          Jangka waktu produksi
C.     Persediaan produk jadi tergantung
-          Kemampuan mengatur koordinasi antara produksi dan penjualan.

Alasan perusahaan menyimpan barang :
1.      Perusahaan dapat memenuhi pesanan
2.      Berjaga – jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh.
3.      Menekan harga pokok per unit → memanfaatkan Economics of Scale




Faktor – faktor  yang menentukan persediaan :
1.      Inventory Costs (biaya persediaan)
-          Holding atau carrying costs : biaya untuk memelihara barang (opportunity cost).
-          Ordering costs : biaya memesan.
-          Stock out costs : biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan.
2.      Lead Time atau Delevery Time : lama penyerahan antara saat dipesan dengan barang tiba.
3.      Back Logging : terdapat atau tidak untuk menunda pesanan.
4.      Diskonto
-          Pembelian banyak mendapt diskonto akan meningkatkan holding cost, mengurangi ordering cost, sebaliknya. Sehingga terdapat Trade Off dalam keputusan untuk mengambil diskonto atau tidak.

Sub system management persediaan :
1.      EOQ.
2.      Reorder Point.
3.      Stock Level Information System.

1.      EOQ : adalah besarnya jumlah pesanan yang optimal dengan ordering cost dan holding cost (carrying cost) minimal.
Dalam perhitungan EOQ diasumsikan :
a.       Jumlah penjualan setahun dalam unit diketahui.
b.      Penjualan secara merata sepanjang tahun.
c.       Untuk sementara stock-out dan back logging tidak diperbolehkan.
d.      Safety stock/iron stock level tidak diperhatikan.
Persediaan optimum
                                                             TC      
                                                          R
                                                           

                                                             D
                                                             

                        Persedian rata
TC      : Total Cost
R         : Carrying Holding Cost
D         : Ordering Cost





                   2Fs
  EOQ =
                   CP

F = fixed cost untuk menempatkabn dan menerima
S = penjualan/sales (pemakaian)
C = carrying cost
P = harga pembelian per unit
Atau.
Co       = biaya pesan untuk setiap kali
D         = jumlah permintaan barang setahun (dalam unit)
Q         = kuantitas barang yang dipesan untuk setiap kali pesan (dalam unit)
Cc        = biaya penyimpanan dan pemeliharaan  yang besarnya dinyatakan terhadap harga persediaan barang

Maka :
Ordering cost perth                 = Co x D/Q
Carrying cost perth                 = Cc x Q/2
Total biaya persediaan            = (Co x D/Q) + (Cc x Q/2)

Carilah.
Ordering cost setiap kali pesan Rp. 200,- carrying cost besarnya adalah 0,2% dari harga by per unit sebesar Rp. 1.000,-.
     2     x Rp 1.000 = Rp. 2,-. Jumlah permintaan barang /tajun = 5000 unit.
  1000

EOQ =




DPL :
Ordering cost  = Carrying cost
       Co x D/Q = Cc x Q/2
2Co.D   = Cc.Q²

       = 2Co.D
                              Cc


                    Q =    2Co.D
          Cc

Contoh.
PT.Jakarta mempunyai data sebagai berikut :
-          Ordering cost setiap kali pesan Rp. 200,-
-          Carrying cost besarnya 0,2% dari harga barang per unit Rp. 1.000,- → Cc = Rp.2
-          Jumlah permintaan barang per tahun adalah 5.000 unit
Maka :
       2Co.D               2 (200).(5000)
EOQ    =       Cc           =               2                 = 

            = 1.000 unit

2.      Reorder Point adalah Tingkat persediaan dimana perusahaan harus melakukan pesanan baru sebanyak EOQ.
Dalam menentukan tingkat pemesanan kembali dipengaruhi oleh :
a.       Usage Rate (pemakaian rata – rata) = persediaan : 360
b.      Lead Time (masa tenggang) : lamanya penyerahan antara saat dipesan dengan barang tiba.
c.       Dinyatakan dalam jumlah hari pemakaian atau penjualan barang = (usage rate) x (hari yang dikehendaki).
Reorder Time :
TPK = PR (MT) + PR (hari yang dikehendaki)
TPK = PR (MT) + safety stock

3.      Stock Level Information System :
Bertugas melakukan pencatatan dan memberikan keterangan (informasi) mengenai perubahan persediaan :
                                                     2.120

11.960                                                         TPK                              TPK



1.120
                        IRON STOCK                                    lead time
                                                         
          6      8                    14
                                                                       
Pesanan = 1.000 unit
Safety stock/buffer stock/iron stock :
Persediaan yang diadakan sebagai cadangan jika pesanan barang datang lebih lama dari lead time.


Bab XV
MANAGEMENT UTANG JANGKA PENDEK

Kredit jangka pendek adalah bentuk pembiayaan yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Jenis – jenisnya :
1.      Kredit perdagangan/utang dagang.
2.      Pinjaman – pinjaman dari Bank komersial/kredit Bank.
3.      Surat – surat komersial/commercial paper.

1.      Utang dagang
Utang ini timbul karena transaksi pembelian disetujui yang dibayar kemudian, maka pembeli memperoleh kredit atau sumber dana utang dagang.
Perpanjangan jangka waktu kredit (dari 30 hari → 60 hari → 2 kali) dan peningkatan pembelian akan mengakibatkan sumber pembelanjaan spontan.
Faktor – faktor yang menentukan jangka waktu kredit :
a.       Sifat ekonomis produk yang diperdagangkan.
b.      Keadaan si pembeli.
c.       Keadaan si penjual.
d.      Potongan tunai.
Konsep net credit (kredit netto)
Yaitu perbedaan antara tingkat piutang dagang dengan tingkat utang dagang.
5.      Misal  perusahaan rata – rata menjual Rp. 75.000/hari dengan jangka waktu penagihan rata – rata 40 hari → piutang rata – rata 40 x 75000 = 3.000.000
6.      Perusahaan membeli rata – rata Rp. 50.000/hari dengan kredit 50 hari → utang rata – rata   
 50 x 50.000 = 2.500.000 → perusahaan memberikan kredit netto Rp.500.000.
Utang dagang juga berfungsi sebagai :
7.      Sumber pembelanjaan.                      
8.      Subsidi kepada pembeli.
9.      Sarana promosi penjualan.
2.      Pinjaman dari Bank/Kredit Bank
Kredit line :
Bank akan memberikan kredit dalam batas maksimum tertentu pada saat peminjam memerlukan.
Credit line yang diperpanjang setelah 1 periode disebut credit revolving.
Misal : PT.Jakarta membutuhkan dana menahan jumlah minimum sebagai copersating balance sebesar 10%. Bunga yang dibayar adalah 12% per tahun perhitungan bunga efektif.

         Kredit dibutuhkan  = pinjaman – saldo minimum
                          100.000  = 100% - 10%
                         Pinjaman =  x 100.000
                                         = 111.111,11
              Biaya bunga  = 10% x 111.111,11 = 11.111,11
 Bunga efektif = x 100%
                                         = 11,11 %
Perbedaan antara Bank yang satu dengan lainnya.

3.      Surat Komersial (Commersial Paper)
Commercial paper merupakan surat berharga pasar uang yang berjangka pendek, dan merupakan suatu janji dari perusahaan yang mengeluarkannya untuk membayar pada tanggal jatuh tempo.
Commercial paper umumnya dikeluarkan oleh perusahaan – perusahaan besar yang memiliki kepercayaan dan reputasi yang dikenal luas.
Jangka waktu commercial paper umumnya 90 hari, meskipun ada yang lebih lama.
Keuntungan perusahaan mengeluarkan commercial paper :
a.       Meningkatkan status.
b.      Jumlah kredit yang diperoleh besar.
c.       Tingkat bunga yang ditawarkan untuk commercial paper cukup kompetitif disbanding dana jangka pendek lainnya.
Beberapa aktiva lancer sebagai jaminan :
1.      Piutang (ACC.REC.FINANCING)
2.      Pembelanjaan persediaan dengan jaminan :
a.       Blanket Line.
b.      Trust Receipts.
c.       Field Warehouse Receipts.

BAB XVI
TIME VALUE OF MONEY

1.        Nilai YAD
Bila uang Rp. 10 juta disimpan di bank dengan bunga 18%/th, maka pada akhir tahun:
                 Pn = 10.000.000 x (1 + 0,18)
                      = 11.800.000
Bila diambil 2 tahun lagi, maka menjadi:
                 Pn = P2 = 10.000.000 x (1 + 0,18)²
                               = 13.924.000
           
Pn = Po (1 + r)²

Pn = jumlah penerimaan
Po = uang sekarang
r    = bunga
n    = tahun
Bila pembayaran bunga 12x setahun atau 2x, 3x, 4x dst. (mx) maka:
Pn = Po + (1 + r/m)m..n

Contoh:
Bila uang Rp. 10 juta disimpan selama 1 tahun dengan pembayaran bunga 4x setahun, maka nilai uang tersebut 1 tahun lagi:
P1  = 10.000.000 x  (1 + 0,18/4)4.1
     = 11.925.186

2.        Nilai Sekarang
Dalam penerimaan – penerimaan akan dibandingkan dengan investasi yang dikeluarkan saat ini. Sehingga tidak bisa dibandingkan nilai sekarang dengan nilai YAD. Karena itu penerimaan-penerimaan harus dijadikan nilai sekarang. Untuk mencari nilai sekarang (present value) dari penerimaan YAD, maka perlu mempertimbangkan suku bunga (return) yang diharapkan. Jika akan menerima Rp. 1.200.000 satu tahun YAD, dengan bunga 20 % maka nilai sekarang:
                 Po = 1.200.000 / (1 + 0,2)
                      = 1.000.000
Po = Pn


Contoh.
Apabila penerimaan suatu proyek investasi beberapa tahun, seperti :
0          1          2          3          4
             100jt    200jt   300jt    400jt
Bila bunga 15%, maka bisa dihitung besarnya nilai sekarang dari penerimaan – penerimaan tersebut :
Po  =  100/(1+0,15)1 + 200/(1+0,15)² + 300/(1+0,15)3 + 400/(1+0,15)4
     = 664,14jt

0          1          2          3          4
                                                      100jt    200jt   300jt    400jt
86,96jt
151,23jt
 197,25jt                          
228,80jt
 664,40jt



Dari rumus PV, nilai [  ] discount factor dapat dihitung dengan kalkulator, computer, table.
Tahun
Penerimaan
Discount factor
PV dari penerimaan
1
100
0,870
87
2
200
0,756
151,20
3
300
0,658
197,40
4
400
0,572
228,80



664,40

3.        NPV
Suatu keputusan investasi membutuhkan dana yang cukup besar untuk ditanamkan pada proyek tersebut. Dana tersebut akan kembali melalui penerimaan -  penerimaan keuntungan YAD untuk menilai layak atau tidak suatu investasi, maka dana tersebut harus bisa ditutup dengan penerimaan bersih yang sudah di PV kan. Selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai YAD disebut NPV.
Contoh.
Investasi Rp. 600.000.000,- itu diharapkan mempunyai usia 4 tahun dengan penerimaan berturut – turut : 150.000.000, 250.000.000, 300.000.000, 400.000.000. bila bunga 21% maka NPV :
150                250            250               150
             +                  +                 +                  - 600 = 50,665
(1+0,21)1          (1+0,21)²    (1+0,21)³      (1+0,21)4



Tahun
Penerimaan
Discount factor
PV dari penerimaan
1
150.000.000
0,826
123.900.000
2
250.000.000
0,683
170.750.000
3
300.000.000
0,564
169.200.000
4
400.000.000
0,467
186.800.000

Total PV dari penerimaan
650.650.000

Investasi
600.000.000

NPV
50.650.000

4.      IRR
Pada NPV akan diketahui selisih keuntungan absolute (dalam rupiah) antara nilai sekarang penerimaan dengan inverstasinya. Sedang IRR mencari besarnya tingkat keuntungan relatif dalam prosentase diatas penerimaan investasi. Dengan demikian IRR adalah tingkat bunga yang bisa menyamakan antara PV penerimaan dengan PV dari investasi. Untuk menghitung IRR menggunakan cara interpolasi dengan menghitung NPV positif dan negatif. Dari kedua NPV tersebut dicari IRR dengan interpolasi.



Contoh :
Sebuah proyek dengan investasi sebesar Rp. 500.000,- mempunyai usia ekonomis 3 tahun. Selama 3 tahun memperoleh penerimaan bersih sebesar Rp. 250.000,- per tahun. Berapa IRR nya?

Dari contoh tersebut, bisa kita cari NPV yang menghasilkan kutub positif dan negative, misalnya dengan r sebesar 20% dan 24%.
Dengan r = 20%
Total Present Value (TPV) penerimaan = 250.000 x 2,106 = 526.500
Investasi                                                                                    500.000
     NPV                                                                                       26.500

Dengan r = 24%
Total Present Value (TPV) penerimaan = 250.000 x 1,981 = 495.250
Investasi                                                                                   500.000
     NPV                                                                                     - 4.750

Dari hasil perhitungan tersebut, bila kita sajikan dalam bentuk perbandingan akan Nampak sebagai berikut :




Selisih r = 24% - 20% = 4%
r = 20%                                                                                               r = 24%
 

TPV  = 526.500                                       r = ?                                         495.250
Inv    = 500.000                                       NPV = 0                                  500.000
NPV =   26.500                                                                                          - 4.750


           
Selisih NPV = 31.250

Dari sajian ilustrasi di atas terlihat bahwa selisih NPV sebesar 31.250 tersebut setara dengan bunga 4%. Oleh karena itu, untuk menjadikan NPV = 0, maka r dihitung dengan cara interpolasi yakni sebesar :
                             26.500
     IRR = 20% +              x 4% = 23,39%
                             31.250


Pada perhitungan tersebut ada dua suku bunga 20% dan 24%. Apabila suku bunga 20% dianggap r rendah (rr) dan suku bunga 24% sebagai r tinggi (rt), dan selisih NPV dapat juga dicari dengan cara = TPV rr – TPV rt, maka untuk menghitung IRR ini bias dirumuskan sebagai berikut :


             NPV rr
                 IRR = rr +                               x (rt – rr)
                                  TPV rr – TPV rt



Dari contoh diatas bila dihitung dengan rumus ini akan didapatkan IRR dengan hasil yang sama sebagai berikut :

                    26.500
                 IRR = 20% +                                 x (24% – 20%) = 23,39%
                                         526.500 – 495.750



Bab XVII
KEPUTUSAN INVESTASI

Proses keputusan investasi :
Ø  Perencanaan
Ø  Analisis investasi
Ø  Pemilihan proyek
Ø  Pelaksanaan proyek
Ø  Pengawasan proyek

Pemilihan proyek
Kriteria pemilihan proyek dipergunakan sebagai dasar untuk menerima atau menolak yang meliputi :
1.      Payout/payback method.
2.      Discounted cash flow method :
a.       Net Present Value (NPV)
b.      Internal Rate of Return (IRR)

Perhatian :
Dalam perhitungan arus uang penghapusan tidak diperhitungkan sebagai pengeluaran uang.

Contoh.
Hasil penjualan PT.AYU Rp. 6.000.000,-. Biaya Rp. 3.700.000,-
(penghapusan Rp. 800.000,-, biaya cash Rp. 2.900.000,-). Pajak 45%.

Jawab.
                                                            Per.L/R            Cash Flow
Hasil penjualan                                    6.000               6.000
Biaya
10.  Cash                                             (2.900)             (2.900)
11.  Pengeluaran (non cash)                (   800)
Laba sebelum TAX                               2.300
Tax                                                      (1.035) -           (1.035)
Laba bersih                                          1.256
Arus uang (C.F)                                                          2.065

Cash Flow = Profit + DEP





Contoh.
                                                            L/R                  Cash Flow
Hasil sewa                                           700                  700
Biaya                                                   (300)                (300)
Penghitungan 10%/tahun                    (100)
Laba sebelum TAX                             300
Pajak 40% x 300                                 (120)                (120)
Laba bersih                                          180
Arus uang                                            ……                280                 


1.      Metode Payback Period
Adalah metode pemilihan proyek yang sederhana diperoleh dengan menghitung jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah cash flow sama dengan investasi asal.
Kriterianya :
v  Terima proyek jika payout period < DP maksimum payout yang ditentukan perusahaan.
v  Tolak proyek jika payout > DP maksimum payout yang ditentukan perusahaan.

(1000)  280      280      280                                                                              280
              1          2          3          4          5                                                         10



1)      Payout period :
 x 1 tahun = 3 tahun 7 bulan
280.000 + 280.000 + 280.000 + (  x 7) =1.003.333

2.      21-25NPV
Kriterianya :
§  Proyek diterima jika NPV > 0
§  Proyek ditolak jika NPV < 0

Jika NPV = 0, investasi dalam proyek tidak untung dan tidak rugi
Tahun
Cash Flow
Faktor
Nilai Kontan
0
(1.000.000)
1,000
(1.000.000)
1
280.000
0,909
254.520
2
280.000
0,826
231.280
3
280.000
0,751
210.280
4
280.000
0,683
191.240
5
280.000
0,621
173.880
6
280.000
0,564
157.920
7
280.000
0,513
143.640
8
280.000
0,467
130.760
9
280.000
0,424
118.720
10
280.000
0,386
108.080

1.800.000

720.320
Dengan table B

Tahun
Cash Flow
Faktor
Nilai Kontan
0
(1.000.000)
1,000
(1.000.000)
10
280.000
6,145
1.720.600


NPV
720.600
Dengan table C

3.      IRR
o   Adalah tingkat suku bunga bila dipergunakan untuk mendiskontokan penerimaan – penerimaan yang diperkirakan, akan menyamakan nilai kontan penerimaan – penerimaan itu dengan nilai investasi.
o   Metode IRR berusaha mencari nilai tingkat bunga yang memberikan nilai NPV dari seluruh cash flow sama dengan nol.
o   Menurut metode IRR suatu proyek dihitung bunga diskontonya dengan menyamakan nilai PV dari expektasi cash flow dan nilai investasi awal.
o   Pada IRR tingkat bunga untuk mendiskontokan cash flow harus dicari (trial error).

Dalam contoh tadi.
Investasi Rp. 1.000.000
Cash flow per tahun Rp. 280.000
Maka faktor  kita peroleh : 1.000.000 : 280.000 = 3,571
Dalam table bunga (C) :
Tahun              18%                 20 –     25
9                      4.303                           3.463
10                    4.494                           3.571
Jadi payout period = faktor bunga = 25%, sehingga IRR = 25%

Kriteria IRR :
-       Proyek diterima jika IRR > opportunity cost of capital
-       Proyek ditolak jika IRR < opportunity cost of capital




Bab XVIII
LEVERAGE

Dalam finance leverage adalah suatu alat untuk menaikan atau meningkatkan laba.
ROI Leverage adalah suatu indicator untuk mengukur samapi dimana efisiensi management dalam mencapai laba.
Menurut Dupont :
ROI =  + X  
                                                           

            Assets turnover           Profit margin
Bila salah satu faktor dapat dinaikan maka ROI akan meningkat.
Misal : Profit margin . . . . . .6%
            Assets turnover . . . .3x
            Maka ROI = 3x6 =  18%
Bila profit margin dinaikan 1% → ROI akan meningkat 3%

Perusahaan yang mempunyai asset turnover yang tinggi disebut perusahaan yang mempunyai tingkat asset leverage yang tinggi : (48)
Misal :
Profit margin x Asset turnover  = ROI
1.      PT.SAGITA                  5%        x            4              = 20%
2.      PT.RUDIN                     6%      x            3              = 18%

Profit margin dapat dinaikan dengan pengawasan biaya (cost control) → sehingga menaikan ROI.
Cost control dapat dilakukan pada bidang :
1.      Produksi : mesin tak dipergunakan secara efisien.
2.      Biaya penjualan.
3.      Distribusi/penyaluran barang.
4.      Biaya umum.
Bila cost control dilakukan secara menyeluruh dalam perusahaan profit margin dapat ditingkatkan dan ROI dapat dilipatgandakan.




Sebelum
Cost Control
Sesudah
Cost Control
Cash
12.000
11.000
Receivables
22.000
20.000
Inventories
27.000
25.000
Current assets
61.000
56.000
Fixed assets
70.000
68.000
Total assets
131.000
 124.000
Sales
200.000
204.000
Asset Turn-over
1,53
1,65

Statement of Income
Sales
200.000
204.000
Production expenses
125.000
119.000
Selling expenses
14.000
13.000
Distribution expenses
15.000
12.000
Fixed costc
25.000
25.000
Costs of Gold Sold
177.000
169.000
Gross Profit
23.000
35.000
Administrative expenses
10.000
9.000
Earning before interest and Taxes
13.000
26.000
Taxes
2.600
5.200
Net Income after Tax
10.400
20.800
Sales
200.000
204.000
Profit margin
5,2%
10,2%
Return on Investment (ROI)
7,9%
16,8%

Analisa marginal dalam profit :
Planning :
1.      Operating Leverage
2.      Fixed Leverage
3.      Combined Leverage

1.      Operating Leverage
Mengukur perubahan pendapatan (revenue) dibandingkan dengan perubahan laba sebelum bunga dan pajak (ebit).
Tingkat operating leverage (Degree of Operating Leverage = DOL) adalah perbandingan antara kontribusi marginal dengan ebit.
DOL =
DOL =
    FC = fixed cost
BEP =
S = sales per unit
V = variable cost per unit
Kontribusi margina; = S – V
S → bisa per unit/total
V → bisa per unit/total

Contoh.
Biaya tetap                                   Rp. 100.000,-
Harga jual per unit                       Rp. 5,-
Biaya variage per unit                  Rp. 3,-

BEP =  =  = 50.000 unit
Bila penjualan 55.000 unit → maka :
Hasil penjualan                 Rp. 275.000,-
Variable cost        165
Fixed cost                        100
                                         Rp. 265.000,-
                 EBIT               Rp.   10.000,-
DOL =  =  = 11

2.      Fixed Leverage
FL =
FL =
     TR       = total revenge
     TVC    = total variable cost
     TFC     = total fixed cost
                                                    I       = interest
Contoh.
Revenge                                       500.000
VC                       300.000
FC                                    100.000
                                                     400.000
EBIT                                            100.000
Interest                                           25.000
EBT                                                75.000
Fixed Leverage =  = 4/3


3.      Combined Leverage
CL = (operating leverage) x (fixed leverage)
      =  x

Combined Leverage =

·         Financial Leverage (Leverage Factory)
Adalah perbandingan antara utang jangka panjang engan jumlah aktiva.
FL =  
Misal:
 utang jangka panjang Rp. 140.000.000,-
Nilai aktiva Rp. 200.000.000,-
Leverage Factor =  x 100% = 70%

Leverage faktor berpengaruh terhadap tingkat ROI karena :
-     Aktiva perusahaan ada yang dibelanjai dengan utang berupa ; obligasi, hipotik dan utang jangka panjang lainnya.
-     Suku bunga yang dibayar tidak selalu sama dengan ROI.
Perbandingan antara ROI yang dicapai dengan tingkat bunga yang harus dibayar ada 3 kemungkinan :
-   ROI > tingkat bunga
-   ROI = tingkat bunga
-   ROI < tingkat bunga

Tambahan dana dari pinjaman baru akan menambah keuntungan pemegang saham, tetapi harus diperhatikan :
1.      Kemampuan perusahaan untuk menggunakan dana tambahan.
2.      Kelayakan kredit perusahaan.













Bab XIX
EFEK – EFEK

Efek – efek (financial securities) adalah bukti pemilikan atau tuntutan kreditur terhadap suatu perusahaan, yang mudah dipindahtangankan (perdagangkan).
Dibedakan 2 jenis :
1.      Efek pernyataan utang (Debt Security)
Perusahaan berkewajibab membayar kembali pada saat jatuh tempo dan membayar bunganya secara berkala.
2.      Efek pernyataan kepemilikan (Equity Security)
Merupakan bukti bahwa pemegang adalah pemilik perusahaan, yang mempunyai hak dan kondisi berbeda dengan kreditur.

Jenis – jenis perusahaan :
1.      Perusahaan perseorangan.
2.      Persekutuan ; Firma (FA), CV.
3.      Perseroan Terbatas.

1.      Perusahaan Perseorangan
Adalah perusahaan yang dimiliki oleh satu orang yang memegang hak kepemilikannya seluruh harta (aktiva) perusahaan dan bertanggungjawab penuh atas hutang – hutang.
Keuntungan :
1.      Mudah mendirikannya.
2.      Tidak diperlukan efek/financial security.
3.      Tidak harus didirikan dengan akta.
4.      Seluruh keuntungan menjadi hak pribadi.
2.      Persekutuan
A) Persekutuan Firma
Adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih dan bertanggungjawab tak terbatas.
B) CV (Persekutuan Komanditer)
Adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang terdiri atas :
1.    Anggota yang bertanggungjawab penuh.
2.    Anggota yang bertanggungjawab terbatas.
Didirikan dengan perjanjian tertulis yang merupakan kontrak – kontrak hokum bukan efek – efek (financial securities)
Variant dari persekutuan komanditer  adalah persekutuan komanditer dengan saham – saham → merupakan suatu bentuk peralihan kebentuk PT.
Saham – saham yang dikeluarkan, termasuk kedalam efek pernyataan (equity security).






PENILAIAN SURAT BERHARGA
(SECURITAS)

SECURITAS

            OBLIGASI                                                                             SAHAM
     (Berpenghasilan tetap)                                                       (Tidak Berpenghasilan tetap)

KARAKTERRISTIK SAHAM DAN OBLIGASI
Faktor
Saham
Obligasi
1.      Status
2.      Kepentingan terhadap Emiten

3.      Umur
4.      Pendapatan


5.      Perlakuan Pajak

6.      Harga

7.      Hak suara

8.      Klaim dalam Likuidasi

Berkat kepemilikan
Berkepentingan langsung terhadap tujuan / misi perusahaan
Tidak terbatas
Deviden
Dibayar jika untung
Potensi laba sulit diukur
DEV = Bag laba - pajak

Lebih Berfluktuatif

Memiliki hak suara

Infebior
Berkat Utang
Hanya berkepentingan terhadap keamanan pinjaman
Ada  j / t
Bunga
RIL tetap dibayar
Bunga mudah dihitung
Bunga dikeluarkan dulu sebelum pajak.
Relatif stabil

Tidak memiliki hak suara
Superior (didahulukan hak klaimnya)

            Terdapat karelasi positif antara Expected Return (E√) atau “Keuntungan yang diharapkan” dengan “RISK” (risiko), artinya : Semakin Ev tinggi semakin berisiko.
            Jika Investor menghendaki investasi yang tidak berisiko (Risiko nol), maka keuntungan yang diperoleh sebesar “Tingkat keuntungan bebas risiko”.
                  E√
Tingkat keuntungan bebas risiko
Slope pertumbuhan (GROWTH = g) dari E√ Dc kenaikan risiko
 





                                                                                     Risk
                   0              
                                   
OBLIGASI
Obligasi adalah Surat pengakuan utang yang dikeluarkan perusahaan / lembaga lain yang mempunyai nilai nominal tertentu dan akan dibayar selama jangka waktu tertentu, serta akan member bunga tetap.

Ciri-ciri obligasi:
v  Mempunyai nilai nominal (face Value) yaitu jumlah nilai yang akan dibayar saat obligasi j/t.
v  Bunga (coupon) dibayar secara periodic (tahunan, kuartal, semester)
v  Mempunyai jangka waktu, biasanya jangka panjang.

Contoh:
Seorang investor membeli obligasi dengan niali nominal Rp. 100.000,- dengan jangka waktu 4 tahun, dan memberikan bunga (coupon) 20% per th.
a.       Bagaimana aliran kas masuk yang diterima investor selama 4 tahun.
b.      Berapa nilai (harga obligasi) yang bersedia dibayar investor sekarang (tahun ke 0), jika tingkat keuntungan yang diharapkan ; 24% atau 18%.

Jawab:
a.       Aliran kas masuk tahun 0 s/d tahun 4:
Tahun 0                Tahun 1           Tahun 2           Tahun 3           Tahun 4
    ?                       20.000             20.000             20.000             20.000
                                                                                                     100.000
                             Coupon                                                           Nilai nominal

b.      Harga obligasi sekarang (tahun 0), dengan tingkat keuntungan yang diharapkan 24%.
+
+
+
4
20.000                  20.000             20.000             20.000 + 100.000
(1+0,24)               (1+0,24)²         (1+0,24)³              (1+0,24)

            = 90.380
       Harga obligasi tahun 0, jika keuntungan yang diharapkan 18% :
    
+
+
+
4
20.000             20.000             20.000             20.000 + 100.000
(1+0,18)               (1+0,18)²         (1+0,18)³              (1+0,18)

·         Jika tingkat keuntungan yang diharapkan > coupon, maka harga obligasi < nilai nominal.
·         Jika tingkat keuntungan yang diharapkan < coupon, maka harga obligasi > nilai nominal.
·         Semakin besar tingkat keuntungan yang diharapkan, semakin kecil harga obligasi.

·        
            C         C                     C + N
Po =            +          + …… +
        (1 + r)¹  (1 + r)²                (1 + r)ⁿ
Po        : Harga obligasi saat ini
C         : Coupon (Rp)
N         : Nilai nominal obligasi
r           : Return yang diharapkan
n          : Jangka waktu obligasi
PENILAIAN SAHAM
Saham adalah bukti kepemilikan perusahaan yang memberikan penghasilan tidak tetap.
Penghasilan dari saham = Deviden
Keuntungan lain berupa selisih harga saham.
Jika harja jual > harga beli       memperoleh CAPITAL GAIN
Jika harga jual < harga beli      Memperoleh CAPITAL LOSS

Contoh:
Harga saham saat ini Rp. 8.000,- per laba dan diharapkan memberikan deviden Rp. 1.000,- di tahun depan. Tahun depan perkiraan harga saham menjadi Rp. 8.600,-. Berapa % tingkat keuntungan yang diharapkan.
Jawab:
  1.000        8.600 – 8.000
Tingkat keuntungan =              +
  8.000              8.000

            D1        P1 - Po
r  =              +
           Po            Po
Jika :
Tingkat keuntungan                : r                      
Deviden                                  : D1
            D1 + P1 - Po
r  =                         
       Po   
Harga saham saat ini               : Po                  Atau
Harga saham tahun depan       : P1                          
                                                                         


Contoh :
Saham yang memberikan deviden Rp. 1.000,- pada tahun depan, harganya Rp. 8.600,- pada perkiraan tahun depan. Berapa harga saham saat ini juka r = 20%.

Jawab :
  1.000           8.600
Po =                  +                     = Rp. 8.000,-
 (1+0,20)¹    (1+0,20)¹



Rumus : 
            D1                 P1
Po =                +                      
                   (1 + r)¹         (1 + r)¹




Jika Investor ingin memiliki saham n tahun, maka :

      D1                P1                          Dn – 1                Pn
Po =                    +                   + …….+                      +         
(1 + r)¹         (1 + r)²                     (1 + r)ⁿ־¹           (1 + r)ⁿ
 

Pada tahun ke “n” tidak ada deviden karna saham telah dijual.



Jika investor ingin memiliki saham selamanya (tak terhingga), maka :

      D1                D2                             N
Po =                    +                   + …….+                                 
(1 + r)¹         (1 + r)²                     (1 + r)            

Namun sulit meramalkan

Contoh :
Saham PT “K” harga pasar saat ini Rp. 12.400,- per laba, diperkirakan akan member deviden Rp. 1.350,- per laba.
a.       Berapa tingkat keuntungan investor jika harga jual diperkirakan Rp. 13.100,-
b.      Berapa harga jual jika dikehendaki keuntungan 20%.

Jawab :
                                                1.350 + 13.100 + 12.400
a.       Expected Return = Er =                                                   = 16,53%
12.400
                        1.350 + P1 – 12.400
b.      20% =
12.400
P1 = Rp. 13.530,-


Capital Asset Pring Model
            Untuk menentukan harga yang layak bagi sekuritas, tergantung dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor akan semakin kecil harga yang tersedia dibayar investor. Dengan demikian akan muncul pertanyaan, berapa besar tingkat keuntungan yang layak bagi investor, apakah tidak ada ukuran yang realistis tingkat keuntungan tersebut?. Salah satu model yang digunakan untuk menaksir tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah model Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model ini menyatakan secara tegas bahwa ada hubungan yang sangat positif dan linier antara tingkat keuntungan yang layak (r) dengan risiko.
            Risiko dalam teori portfolio diartikan sebagai deviasi tingkat keuntungan (= σ), yang menunjukkan seberapa jauh kemingkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (expected value = Er). Semakin besar nilai σ semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan, yang berarti semakin tinggi risikonya. Sedangkan nilai yang diharapkan merupakan rata-rata atau mean yang diberi notasi Er.
Sebagai contoh ada dua sekuritas yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Investasi sekuritas X
Investasi sekuritas Y
Probabilitas
Return
Probabilitas
Return
0,25
0,50
0,25
15%
25%
35%
0,15
0,70
0,15
15%
25%
35%

Jawab :
Er X    = 0,25 (15%) + 0,50 (25%) + 0,25 (35%) = 25%
Er Y    = 0,15 (15%) + 0,70 (25%) + 0,15 (35%) = 25%
Er X = Er Y, tapi penyebaran X > Y, kemungkinan invest X menerima Er di bawah 25% adalah 0,25, sedangkan Y adalah 0,15
Ket:


Risiko  : σ = {Pi (Ri – Er)²}½

Pi         : PROB 1 …….n
Ri        : RETURN 1 ……n
Er        : Expected Return
 


                                    Atau
σ = √{Pi (Ri – Er)²}

 




σX = {0,25 (0,15 – 0,25)² + 0,50 (0,25 – 0,25)² + 0,25 (0,35 – 0,35)²}½
       = 0,071
σY = {0,15 (0,15 – 0,25)² + 0,70 (0,25 – 0,25)² + 0,15 (0,35 – 0,35)²}½
      = 0,055
Ternyata = σX > σY (Risiko X > Risiko Y).
Risiko Sistematis (yang tidak dapat dihindari)
Pada prinsipnya investor tidak menyukai resiko!
Risiko
Risiko tidak sistematis (dapat dikurangi dengan membentuk portofolio = kombinasi beberapa jenis sekuritas yang dimiliki)
 



Semakin banyak jenis sekuritas dalam portofolio semakin risiko ditekan mendekati risiko sistematis.


Risiko (%)


Risiko tidak sistematis
Risiko Total
∑ Sekuritas
Risiko Sistematis
 







TINGKAT KEUNTUNGAN PORTOFOLIO (Rp)
Rp = Rf + {(Rm – Rf) : σm}σp
 



Rp       : Tingkat keuntungan portofolio
Rf        : Tingkat keuntungan bebas risiko
Rm      : Tingkat keuntungan pasar
σm       : Standar deviasi pasar (risiko pasar)
σp        : Standar deviasi portofolio (Risiko Portofolio)
{(Rm – Rf) : σm} = Premium Risiko.

            Er

GPM (Garis Pasar Modal) = Rf + {(Rm – Rf) : σm}σp


        Rm


Rf

σm
σp
0




Contoh :
Suatu portofolio sekuritas diketahui bahwa keuntungan bebas risiko 10%, tingkat keuntungan pasar 16% dengan risiko pasar 14%. Risiko portofolio 10%.
Hitung :
a.  Premium Risiko
b.  Tingkat keuntungan portofolio

Jawab :
a.       Premium Risiko = (16% - 10%) : 14% = 42,86%
b.      Rp = 10% + {(16% - 10%) : 14%} 10% = 14,29%

GARIS PASAR SEKURITAS (GPS) = Security Market Line (SML)
Untuk menghitung tingkat keuntungan sekuritas individual (bukan portofolio) = CAPM tapi tingkat Risiko diukur dengan “Koefisien Beta (β)”.
Ri = Rf + βi (Rm – Rf)
 



Ri        ; Tingkat keuntungan sekuritas i
Rf        : Tingkat keuntungan bebas risiko
Rm      : Tingkat keuntungan pasar (tingkat keuntungan dengan β = 1)
Βi        : Koefisien beta sekuritas i (tingkat risiko sekuritas i)
Er
Rm
Rf
0
σm
Risk (σp)
GPS (SML) = Rf  + βi (Rm – Rf)
 












Contoh :
Berapa tingkat keuntungan yang dapat diharapkan dari saham PT “X” jika tingkat keuntungan pasar 15%, koefisien beta o,60 dan tingakt keuntungan bebas risiko 12%.
Jawab :
Ri = Rf + βi (Rm – Rf)
     = 12% + 0,60 (15% - 12%)
     = 13,80%
Kebijakan Dividen
Kebijakan yang diambil Management adalah memutuskan :
-          Laba akan dibagi semua : berarti mengurangi jumlah laba yang ditahan dan mengurangi sumber dana intern untuk mengembangkan perusahaan.
-          Laba dibagi sebagian atau tidak dibagikan sebagi dividen → laba ditahan → meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan perusahaan.
Kebijakan dividen secara tunai/cash dividend :
1.      Kebijakan pemberian dividen stabil : dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tetentu, walaupun laba yang diperoleh berfluktuasi, karena :
-          Mengingkatkan harga saham.
-          Member kesan investor bahwa perusahaan mempunyai prospek baik.
-          Menarik investor baru.
2.      Kebutuhan dividen yang meningkat :
Dividen dibayarkan selalu meningkat dengan pertumbuhan stabil.
Misal : perusahaan memberikan dividen Rp. 600,-/lembar dengan pertumbuhan 5%, maka besarnya tahun depan naik 5% menjadi Rp. 630,-/lembar.
3.       Kebutuhan dividen dengan rasio konstan.
Dividen yang diberikan mengikuti besarnya laba yang diperoleh. Dasar yang digunakan disebut, dividend payout ratio.
Misal : ditentukan dividend payout rationya 60%, bila perusahaan memperoleh laba per lembar saham Rp. 1500,- maka yang dibayarkan sebagai dividend = 60% x Rp. 1500,- = Rp. 900,-/lembar saham.
4.       Kebutuhan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra.
perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan ekstra dividen bila laba mencapai jumlah tertentu.

Soal.
PT.X selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi pemegang saham sebagai berikut :
Tahun                   Laba untuk pemegang saham
92 . . . . . . . . . . . . . . . .120.000.000
93 . . . . . . . . . . . . . . . .  50.000.000
94 . . . . . . . . . . . . . . . .150.000.000
95 . . . . . . . . . . . . . . . .250.000.000
96 . . . . . . . . . . . . . . . .300.000.000
97 . . . . . . . . . . . . . . . .325.000.000
98 . . . . . . . . . . . . . . . .350.000.000
99 . . . . . . . . . . . . . . . .275.000.000
PT.X punya jumlah saham yang beredar sebanyak 40.000 lembar. Dari data tersebut saudara diminta menentukan :
a.       Laba per lembar saham (EPS)
b.      Besarnya dividen per lembar saham bila kebijakan dividen stabil sebesar Rp. 1.600,-/lembar, kecuali bila laba per lembar saham di peroleh perusahaan mancapai Rp. 6000,- dua periode berturut – turut, dividen akan dibayarkan menjadi Rp. 2.400,-/lembar.
c.       Dividen yang dibayarkan meningkat terus – menerus dengan pertumbuhan sebesar 10%. Dividen yang dibagikan tahun 92 sebesar Rp. 1.500,-/lembar.
d.      Besarnya dividen bila ditentukan dividen payout ratio sebsar 60%.
e.       Besarnya dividen bila kebijakan dividen adalah reguler sebesar Rp. 1.600,- dan ditambah ekstra 40% bila laba per lembar saham yang dicapai lebih besar Rp. 5.000


Jawab.
a.       Earning Per Share
Tahun
Perhitungan
Eps (Rp)
92
120.000.000 : 40.000
3.000
93
50.000.000 : 40.000
1.250
94
150.000.000 : 40.000
3.750
95
250.000.000 : 40.000
6.250
96
300.000.000 : 40.000
7.500
97
325.000.000 : 40.000
8.125
98
350.000.000 : 40.000
8.750
99
275.000.000 : 40.000
6.875
Tahun
Div (Rp)
92
1.600
93
1.600
94
1.600
95
1.600
96
2.400
97
2.400
98
2.400
99
2.400

b.       









Tahun
Perhitungan
Eps (Rp)
92
1.500(1+0,1)0
1.500
93
1.500(1+0,1)1
1.650
94
1.500(1+0,1)2
1.815
95
1.500(1+0,1)3
1.997
96
1.500(1+0,1)4
2.196
97
1.500(1+0,1)5
2.416
98
1.500(1+0,1)6
2.657
99
1.500(1+0,1)7
2.923
c.        











Tahun
Perhitungan
Eps (Rp)
92
3.000 x 60%
1.800
93
1.250 x 60%
750
94
3.750 x 60%
2.250
95
6.250 x 60%
3.750
96
7.500 x 60%
4.500
97
8.125 x 60%
4.875
98
8.750 x 60%
5.250
99
6.875 x 60%
4.125

d.       









Tahun
Dividen
Reguler
Dividen
Ekstra
Dividen
Per share
92
1.600
-
1.600
93
1.600
-
1.600
94
1.600
-
1.600
95
1.600
40% x (6.250-5000) = 500
2.100
96
1.600
40% x (7.500-5000) = 1000
2.600
97
1.600
40% x (8.125-5000) = 1.250
2.850
98
1.600
40% x (8.750-5000) = 1.500
3.100
99
1.600
40% x (6.875-5000) = 750
2.350
e.        









Kebijakan Stock Dividen

Adalah memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham, artinya pemegang saham diberikan tambahan saham sebagai pengganti cash dividen.
Pemberian Stock Dividen tidak akan merubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi hanya mengubah komposisi modal sendiri, karena pemberian stock dividen hanya mengurangi pos laba ditahan dan menambah pos modal saham.

Contoh.
Suatu perusahaan pada akhir tahun mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut:
Modal saham (nominal Rp. 5000 x 120.000L)                        =   600.000.000
Agio saham                                                                  =   400.000.000
Laba ditahan                                                                =   800.000.000   
Jumlah modal sendiri                                                   = 1.800.000.000

Perusahaan akan memberikan stock dividen sebanyak 25% atau 30.000 lembar saham. Harga saham tersebut Rp. 7.500,- per lembar. Struktur modal sendiri setelah ada pemberian stock dividen adalah sebagai berikut :
Modal saham (nominal Rp. 5000 x 150.000L)                        =   750.000.000
Agio saham                                                                  =   475.000.000
Laba ditahan                                                                =   575.000.000
Jumlah modal sendiri                                                   = 1.800.000.000

Maka nilai keseluruhan saham Rp. 7.500.000,-. Setelah stock dividen jumlah saham yang dimiliki = 1.250 lembar dengan nilai Rp. 7.500.000,-. Dengan demikian harga pasar saham saat ini = Rp. 7.500.000 : 1.250 = Rp. 6.000,-.

Kebijakan Stock Split
Apabila harga pasar saham terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham tersebut. Sehingga perusahaan meningkatkan jumlah lembar saham melalui Stock Split, yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil.
Dengan stock split jumlah lembar saham menjadi banyak, karena saham lama dipecah, sehingga harga per lembar menjadi turun.


Contoh.
Perusahaan pada akhir tahun dengan struktur modal sebagai berikut :
Modal saham (Rp. 4000 x 250.000L)              = Rp. 1.000.000.000
Agio saham                                                      = Rp.    500.000.000
Laba ditahan                                                    = Rp.    900.000.000
Jumlah modal sendiri                                       = Rp. 2.400.000.000

Perusahaan mengadakan stock split dari 1 lembar saham menjadi 2 lembar, maka struktur modal sebagai berikut :
Modal saham (Rp. 2000 x 500.000L)              = Rp. 1.000.000.000
Agio saham                                                      = Rp.    500.000.000
Laba ditahan                                                    = Rp.    900.000.000
Jumlah modal sendiri                                       = Rp. 2.400.000.000

Setelah stock split, struktur modal sendiri tidak berubah hanya lembar saham dari 250.000 L menjadi 500.000 L dengan harga nominal menjadi Rp. 2.000,-/lembar.

Kebijakan Repurchase Stock
Yaitu pembelian kembali saham – saham perusahaan yang dipegang oleh investor atau pemegang saham, karena perusahaan punya kelebihan uang kas.
Kelebihan dana perusahaan yang digunakan untuk membayar dividen atau pembelian kembali saham, tidak ada bedanya bagi perusahaan bila tidak ada pajak pendapatan (personal tax) dan biaya transaksi.

Contoh.
Perusahaan mempunyai laba setelah pajak dan harga pasar saham sebagai berikut :
Keuntungan setelah pajak                    Rp. 200.000.000,-
Jumlah saham beredar                         160.000 lembar
Laba per saham                                               Rp. 1.250,-
Harga pasar saham                               Rp. 7.500,-
Price earning ratio (per)                                               6x

Perusahaan akan memanfaatkan labanya sebesar Rp. 120.000.000,- untuk dibayarkan sebagai cash divined atau untuk membeli kembali sahamnya.
A.     Apabila investor, labanya dibagi sebagai cash dividend maka akan menerima dividen sebesar Rp. 750,-/lembar (120.000.000 : 160.000).
Dengan demikian harga pasar sahamnya akan menjadi
Rp. 7.500 + Rp. 750 = Rp. 8.250,-
B.     Bila perusahaan memilih melakukan pembelian kembali sahamnya, maka Rp. 120.000.000,- untuk membeli 120.000.000 : 8.250 = 14.545 lembar, sehingga saham yang beredar 160.000 – 14.545 = 145.455L
Maka laba per lembar saham = Rp. 200.000.000 : 145.455 = Rp. 1.375,-
Per 6x maka harga sahamnya adalah Rp. 1.375 x 6 = Rp. 8.250,- → harga sahamnya sama bila labanya dibagikan sebagai dividen.


TEORI DIVIDEN :
1.      Residual Dividen of Teori (RDT).
2.      Walter’s Dividend Model.
3.      Modigliani and Miller Model.

1.     Teori Residu Dividen (RDT)
Laba dibagikan pemegang saham bila keuntungan yang diperoleh dari reinvestasi lebih kecil disbanding dengan keuntungan yang disyaratkan, bila keuntungan atas kesempatan investasi tersebut sama atau lebih besar dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, maka laba sebaiknya tidak dibagikan. Jadi Residual Dividend of Theory adalah sisa laba yang tidak diinvestasikan kembali.
Contoh.
Perusahaan akan mempertahankan struktur modalnya yang dianggap telah optimal dengan rasio hutang dengan modal sendiri = 40 : 60.
Biaya modal rata – rata tertimbang struktur modal sebesar 13% dengan perincian biaya hutang 10% dan biaya modal sendiri akan meningkat menjadi 18% bila harus melakukan emisi saham baru. Pada tahun ini perusahaan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1.200.000.000,-. Kesempatan investasi yang ada tingkat keuntungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Kondisi Return Diharapkan
Invest
Nilai invest
Buruk
Sedang
Baik
A
400.000.000
18%
21%
26%
B
300.000.000
17%
19%
21%
C
300.000.000
15%
18%
19%
D
400.000.000
14%
15%
18%
E
400.000.000
12%
14%
16%
F
400.000.00
11%
12%
15%
G
400.000.000
9%
11%
12%

Dari data tersebut tentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan pada setiap kondisi (buruk, sedang, baik).


Pada kondisi buruk :
Kebutuhan dana untuk membiayai investasi tersebut yang menghasilkan biaya optimal (13%) adalah 40% hutang dan 60% modal sendiri. Laba yang diperoleh sebesar Rp. 1.200.000.000,- merupakan kelompok modal sendiri, sehingga perlu tambahan hutang 40/60% x Rp. 1.200.000.000 = Rp. 800.000.000,- sehingga dana yang tersedia secara optima Rp. 200.000.000, pada kondisi buruk, kebutuhan dana untuk investasi :
Invest
Nilai investasi
A
400.000.000
B
300.000.000
C
300.000.000
D
400.000.000
Total
1.400.000.000



Kebutuhan dana Rp. 1.400.000.000,- tersebut akan dipenuhi dari hutang :
40% x 1.400.000.000 = 560.000.000. Dari modal sendiri : 60% x 1.400.000.000 = 840.000.000. Keuntungan yang diperoleh Rp. 1.200.000.000 dan di investasikan kembali 840.000.000, maka laba yang dibagikan : 1.200.000.000 – 840.000.000 = 360.000.000.

Kondisi sedang :
Invest
Nilai Investasi
A
400.000.000
B
300.000.000
C
300.000.000
D
400.000.000
E
400.000.000
Total
1.800.000.000

Kebutuhan dana 1.800.000.000 tersebut dipenuhi dari :
-          Hutang : 40% x 1.800.000.000     = Rp. 720.000.000,-
-          MDS : 60% x 1.800.000.000        = Rp. 1.080.000.000,-
Keuntungan yang diperoleh 1.200.000.000, dan diinvestasikan kembali 1.080.000.000, maka laba yang dibagikan : 1.200.000.000 – 1.080.000.000 = 120.000.000.

Kondisi baik :
Pada kondisi baik, kebutuhan dana untuk investasi yang menghasilkan return diatas.
Biaya rata – rata modal sebesar :
Invest
Nilai Investasi
A
400.000.000
B
300.000.000
C
300.000.000
D
400.000.000
E
400.000.000
F
400.000.000
Total
2.200.000.000
Kebutuhan dana sebesar Rp. 2.200.000.000,- tersebut akan :
-          Dipenuhi hutang               : 40% x 2.200.000.000 = 880.000.000
-          Modal sendiri                    : 60% x 2.200.000.000 = 1.320.000.000
Keuntungan perusahaan Rp. 1.200.000.000,- dan diinvestasikan kembali
Rp. 1.320.000.000,- maka laba habis untuk investasi dan masih perlu emisi sebesar Rp. 1.320.000.000 – Rp. 1.200.000.000 = Rp. 120.000.000,-

2.     Dividen Model Walter
Selama keuntungan yang diperoleh dari Reinvestasi lebih tinggi dibanding dengan biayanya, maka Reinvestasi tersebut cenderung akan meningkatkan harga saham/nilai perusahaan :
DPS + r/Cc (EPS – DPS)
   P =
Cc

P                 = harga saham
EPS             = laba per lembar saham
DPS            = dividen per lembar saham
r                  = return dari reinvestasi
Cc               = biaya modal sendiri

Contoh.
PT.X tahun ini menghasilkan laba per lembar saham Rp. 2.500,- biaya modal sendiri diperkirakan 10%, dari reinvestasi bila kondisi perekonomian baik menghasilkan return 13%, bila kondisi buruk menghasilkan 8%.
Perusahaan mempunyai beberapa alternative pembagian dividen yaitu dividen payout ratio (DPR) sebesar 20%, 40%, 60%, & 80%.
Dari rata – rata tersebut hitunglah harga saham pada masing – masing DPR tersebut untuk masing – masing kondisi ekonomi.

Jawab.
a.       Kondisi ekonomi baik
-          Dividend Payout Ratio 20%
DPS = 20% X Rp. 2.500 = Rp. 500
    DPS + r/Cc (EPS – DPS)
P =
                             Cc

                      500 + 0,13/0,10 (2500 – 500)
               =                                                         = 31.000
                                          0,10

-          Dividend Payout Ratio 40%
DPS = 40% x Rp. 2.500 = Rp. 1000,-
                     1000 + 0,13/0,10 (2500 – 1000)
           P =                                                             = 29.500
                                          0,10

-          Dividend Payout Ratio 60%
DPS = 60% x Rp. 2.500 = Rp. 1.500,-
   1.500 + 3,13/0,10 (2500 – 1500)
            P =                                                             = 28.000
                      0,10

-          Dividend payout Ratio 80%
DPS = 80% x Rp. 2.500 = Rp. 2.000,-
                        2000 + 0,13/0,10 (2.500 – 2000)
            P =                                                               = 26.500
                                                0,10

b.      Kondisi ekonomi sedang
-          Dividend Payout Ratio 20%
DPS = 20% x Rp. 2.500 = Rp. 500,-
      500 + 0,10/0,10 (2.500 – 1.000)
            P =                                                             = 25.000
                          0,10


-          Dividend Payout Ratio 40%
DPS = 40% x Rp. 2.500 = Rp. 1000,-
                        1.000 + 0,10/0,10 (2.500 – 1.000)
P =                                                                = 25.000
                                                0,10

-          Dividend Payout Ratio 60%
DPS = 60% x Rp. 2.500 = Rp. 1.500,-
     1.500 + 0,10/0,10 (2.500 – 1.500)
            P =                                                              = 25.000
                          0,10

-          Dividend Payout Ratio 80%
DPS = 80% x Rp. 2.500 = Rp. 2.000,-
     2.000 + 0,10/0,10 (2.500 – 2.000)
            P =                                                               = 25.000
                            0,10

c.       Kondisi ekonomi buruk
-          Dividend Payout Ratio 20%
DPS = 20% x Rp. 2.500 = Rp. 500,-
      500 + 0,8/0,10 (2.500 – 500)
            P =                                                           = 21.000
                            0,10

-          Dividend Payout Ratio 40%
DPS = 40% x Rp 2.500 = Rp. 1.000,-
     1000 + 0,8/0,10 (2.500 – 1.000)
            P =                                                             = 22.000
                            0,10

-          Dividend Payout Ratio 60%
DPS = 60% x Rp. 2.500 = Rp. 1.500,-
     1.500 + 0,8/0,10 (2.500 – 1.500)
            P =                                                              = 23.000
                            0,10


-          Dividend Payout Ratio 80%
DPS = 80% x Rp. 2.500 = Rp. 2.000,-
      2.000 + 0,8/0,10 (2.500 – 2.000)
            P =                                                               = 24.000
                             0,10


Kesimpulan, pada kondisi baik dimana preturn dari investasi lebih besar disbanding dengan biaya modal sendiri, maka semakin besar porsi dividen yang dibagikan (dividend payout ratitonya semakin besar) garha saham akan semakin turun. Jadi bila keuntungan dari reinvestasi lebih besar sebaiknya dividen yang dibagikan kecil saja, agar harga saham semakin meningkat.

3.     Dividen Mode Modigliani dan Miller
Bahwa pada kondisi keputusan investasi yang given pembayaran dividen tidak relevan untuk diperhitungkan, karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan/earning power → nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
Kenaikan pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru.
Harga saham pada awal periode (Po) adalah sebesar nilai sekarang dari dividen yang dibayarkan akhir periode pertama (D1) ditambah dengan nilai sekarang harga saham akhir periode (P1)
            
             D1 + P1
  P0 =
            (1 + Ke)


P0     = harga saham per lembar tahun ke-0
D1    = dividen tahun ke-1
P1    = harga saham tahun ke-1
Ke  = biaya modal sendiri

Apabila n merupakan jumlah lembar saham tahun ke-0 dan m merupakan jumlah lembar saham baru ang terjual tahun pertama pada harga P1, maka :
nD1 + (n + m) P1 – mP1
nP0 =
(1 + Ke)1
      



Sedangkan jumlah saham baru yang dikeluarkan bisa dihitung dengan rumus :
mP1 = I – (x – nD1)

I = total investasi baru
x = total keuntungan baru dari perusahaan untuk periode itu

Contoh.
Perusahaan ABG mempunyai 250.000 lembar saham yang beredar dengan harga jual Rp. 5.000,-/lembar. Tingkat kapitalisasi dari modal (biaya modal) sebesar 10%. Manajemen memutuskan untuk membayar dividen Rp. 400,-/lembar saha pada akhir tahun. Apabila tidak ada pajak dan perusahaan beroperasi sesuai asumsi model MM, maka dapat dihitung :
A.     Harga saham per lembar apabila perusahaan tidak membayar dividen :
P1     = P0 (1 + Ke) – D1
          =  5.000 (1 + 0,1) – 0 = Rp. 5.500,-
B.     Apabila dividen yang dibayarkan Rp. 400,- maka harga saham akan menjadi :
P1 = 5.000 (1 + 0,1) – 400
P1 = Rp. 5.100,-
C.     Jumlah lembar saham baru yang harus dikeluarkan bila perusahaan membayar dividend an menerima keuntungan bersih sebesar Rp 2.000.000.000,- dengan melakukan investasi Rp. 300.000.000,- adalah :
n      = 250.000                         P1  = Rp. 5.100,-
I       = 300.000.000                  D1  = Rp. 400,-
x                 = 200.000.000
5.100 m       = 300.000.000 – (200.000.000 – 250 x 400)
5.100 m       = 300.000.000 – 100.000.000
m                 = 39.216 lembar

Bila perusahaan membagi dividen sebesar Rp. 400,-/lembar, maka untuk mengganti dividen yang dibayarkan perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebanyak 39.216 lembar.


















No comments:

Post a Comment