Bab
XII
MANAGEMENT
CASH
Dengan perencanaan yang baik serta
pengawasan yang teliti dapat dijaga agar pada setiap saat perusahaan memiliki
cash yang ada tidak berlebihan tetapi juga tidak kekurangan.
Uang tunai
Cash
Uang di Bank (Demand Deposit)
Besarnya saldo cash tergantung :
1. Transaction Motive
; menyimpan uang tunai untuk motif transaksi sehari – hari selama 1 bulan.
2. Precavtionary Motive
; menyimpan uang tunai untuk berjaga – jaga selama 1 bulan.
3. Speculative Motive
; menyimpan uang tunai degan tujuan spekulasi, missal dipasar modal saham turun
harganya.
Faktor – faktor lain yang mempengaruhi
saldo cash :
a. Tersedianya
credit jangka pendek.
b. Variasi
dalam arus uang.
Keuntungan memiliki cash yang cukup :
1. Dapat
menarik keuntungan dari potongan – potongan dalam perdagangan (trade discount).
2. Dapat
menaikkan ratio (CR & ACID Test Ratio) → meningkatkan kelayakan kredit
(credit standing persh).
3. Memungkinkan
persh menarik manfaat dari kesempatan usaha yang menguntungkan.
4. Untuk
menghadapi keadaan darurat.
Safety
Level of Cash Balance
Saldo kas minimum yang perlu dimiliki
persh untuk melindungi persh dari resiko kesalahan – kesalahan dalam
perhitungan saldo kas.
Resiko atau biaya yang mungkin terjadi
karena kesalahan management cash :
1. Penunggakan.
2. Pembayaran
lewat waktu.
3. Kehilangan
keuntungan waktu pembelian.
Safety Level of Cash = (jumlah yang
diinginkan) x (rata – rata harian pengeluaran cash)
Keluar masuknya cash dapat diatur :
1. Penyesuaian
atau sinkronisasi arus uang.
2. Mempercepat
penagihan.
3. Memperlambat
pembayaran.
4. Mempergunakan
kambang.
Kambang
(float) adalah perbedaan saldo uang di Bank menurut buku
persh dan saldo uang menurut rekening koran dari Bank.
Cash
balance minimum suatu persh adalah safety level of cash
ditambah precautionary motive.
Dalam memberikan pinjaman Bank menuntut
adanya simpanan dalam bentuk deposit yang dinyatakan dalam persentasi dari
jumlah pinjaman yang diberikan atau Maximum Line of Credit.
Simpanan tersebut dikenal dengan
Compensating Balance atau Compensatory Balance.
Marketable
Securities (epek – epek) :Adalah surat – surat berharga yang
diperjualbelikan ; saham – saham, obligasi, sertifikat bank, dll.
Alasan persh menyimpan dananya dalam
bentuk epek – epek :
1. Subtitusi
cash.
2. Investasi
sementara.
Beberapa alasan memiliki epek – epek :
1. Resiko
goncangan harga.
2. Mudah
diperjualbelikan.
3. Jatuh
tempo.
Bab
XIII
MANAGEMENT
PIUTANG
Piutang
( Account Receivable) adalah Suatu perkiraan aktiva yang menunjukkan jumlah
yang terutang akibat penjualan barang atau jasa.
Tujuan
investasi dalam piutang untuk :
1.
Meningkatkan
penjualan.
2.
Meningkatkan
laba.
3.
Memenuhi
syarat persaingan.
Faktor
– faktor yang menentukan besarnya investasi :
-
Volume
penjualan kredit.
-
Jangka
waktu rata – rata antara penjualan dan penagihan (average collection period) →
tergantung pada variable. Kebutuhan kredit :
1.
Credit
standard → 5C : capital, collateral, character, capacity, condition of
economic.
2.
Credit
period :
a.
Cash
discount 2/10, net 30 (akan mendapat discount 2% bila membayar sebelum tanggal
10
b.
Jangka
waktu kredit diperpanjang akan menaikkan : Seasonal dating 2/10, net 30 June
15:
-
Penjualan
-
Dana
/ biaya
3.
Cash
discount akan menaikkan :
-
Penjualan
-
Dana/biaya
4.
Collection
policy :
Proses
penagihan makan waktu, mahal dan merugikan.
AGING
OF ACC. REC
(ANALISA PERKIRAAN PIUTANG)
Jadwal Usia Piutang
Piutang dari bulan
|
Jumlah
|
Persen
|
1.
Des
1999
|
3.000.000
|
50 %
|
2.
Nop
1999
|
1.500.000
|
25 %
|
3.
Okt
1999
|
1.000.000
|
17 %
|
4.
Sept
1999
|
200.000
|
3 %
|
5. Bulan-bulan sebelumnya
|
300.000
|
5 %
|
|
6.000.000
|
100
|
Bila perusahaan menjual
dengan syarat kredit 30 hari maka:
-
50 % belum lewat waktu
-
25 % lewat 1 bulan
-
17 % lewat 2 bulan
-
8 % lewat lebih 3 bulan
50 % lewat waktu → Kebijaksanaan kredit
terlalu longgar.
Bab XIV
MANAGEMENT PERSEDIAAN
Persediaan
(Inventory) adalah Bahan atau barang – barang yang pada suatu saat akan dijual
kembali oleh perusahaan tanpa atau setelah mengalami proses pengolahan.
Jenis – jenis
inventory :
1. Raw
material (bahan).
2. Work
in process (bahan dan pengolahan)
3. Finished
goods (produk jadi)
Manfaat persediaan :
1. Mencegah
hilangnya kesempatan untuk menjual.
2. Menarik
keuntungan dari potongan – potongan.
3. Mengurangi
biaya pesan.
4. Menjamin
kelancaran proses produksi.
Besar kecilnya investasi dalam
persediaan, tergantung :
a. Tingkat
penjualan.
b. Jangka
waktu dan aspek teknis pada proses produksi.
c. Ketahanan
produk jadi.
Besar kecilnya investasi dalam
persediaan, berdasarkan jenisnya :
A. Persediaan
bahan tergantung :
-
Tingkat produksi
-
Pengaruh musiman terhadap produksi
-
Tersedianya sumber bahan
-
Efisiensi perencanaan
B. Persediaan
barang dalam proses
-
Jangka waktu produksi
C. Persediaan
produk jadi tergantung
-
Kemampuan mengatur koordinasi antara
produksi dan penjualan.
Alasan perusahaan menyimpan barang :
1. Perusahaan
dapat memenuhi pesanan
2. Berjaga
– jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh.
3. Menekan
harga pokok per unit → memanfaatkan Economics of Scale
Faktor – faktor yang menentukan persediaan :
1. Inventory
Costs (biaya persediaan)
-
Holding atau carrying costs : biaya
untuk memelihara barang (opportunity cost).
-
Ordering costs : biaya memesan.
-
Stock out costs : biaya yang timbul
karena kehabisan barang pada saat diperlukan.
2. Lead
Time atau Delevery Time : lama penyerahan antara saat dipesan dengan barang
tiba.
3. Back
Logging : terdapat atau tidak untuk menunda pesanan.
4. Diskonto
-
Pembelian banyak mendapt diskonto akan
meningkatkan holding cost, mengurangi ordering cost, sebaliknya. Sehingga
terdapat Trade Off dalam keputusan untuk mengambil diskonto atau tidak.
Sub system management persediaan :
1. EOQ.
2. Reorder
Point.
3. Stock
Level Information System.
1. EOQ : adalah
besarnya jumlah pesanan yang optimal dengan ordering cost dan holding cost
(carrying cost) minimal.
Dalam perhitungan EOQ diasumsikan :
a. Jumlah
penjualan setahun dalam unit diketahui.
b. Penjualan
secara merata sepanjang tahun.
c.
Untuk
sementara stock-out dan back logging tidak diperbolehkan.
d. Safety
stock/iron stock level tidak diperhatikan.
Persediaan optimum
TC
R
D
|
Persedian
rata
TC : Total Cost
R : Carrying Holding
Cost
D : Ordering Cost
2Fs
EOQ =
CP
|
F = fixed cost untuk menempatkabn dan
menerima
S = penjualan/sales (pemakaian)
C = carrying cost
P = harga pembelian per unit
Atau.
Co =
biaya pesan untuk setiap kali
D =
jumlah permintaan barang setahun (dalam unit)
Q =
kuantitas barang yang dipesan untuk setiap kali pesan (dalam unit)
Cc =
biaya penyimpanan dan pemeliharaan yang
besarnya dinyatakan terhadap harga persediaan barang
Maka :
Ordering cost perth = Co x D/Q
Carrying cost perth = Cc x Q/2
Total biaya persediaan = (Co x D/Q) + (Cc x Q/2)
Carilah.
Ordering cost setiap kali pesan Rp.
200,- carrying cost besarnya adalah 0,2% dari harga by per unit sebesar Rp.
1.000,-.
2 x Rp 1.000 =
Rp. 2,-. Jumlah permintaan barang /tajun = 5000 unit.
1000
EOQ
=
DPL :
Ordering cost = Carrying cost
Co x D/Q = Cc x Q/2
2Co.D = Cc.Q²
Q² = 2Co.D
Cc
Q = 2Co.D
Cc
Contoh.
PT.Jakarta mempunyai data sebagai
berikut :
-
Ordering cost setiap kali pesan Rp.
200,-
-
Carrying cost besarnya 0,2% dari harga
barang per unit Rp. 1.000,- → Cc = Rp.2
-
Jumlah permintaan barang per tahun
adalah 5.000 unit
Maka
:
2Co.D
2 (200).(5000)
EOQ =
Cc = 2 =
=
1.000 unit
2.
Reorder
Point adalah Tingkat persediaan dimana perusahaan harus
melakukan pesanan baru sebanyak EOQ.
Dalam menentukan tingkat pemesanan
kembali dipengaruhi oleh :
a. Usage
Rate (pemakaian rata – rata) = persediaan : 360
b. Lead
Time (masa tenggang) : lamanya penyerahan antara saat dipesan dengan barang
tiba.
c. Dinyatakan
dalam jumlah hari pemakaian atau penjualan barang = (usage rate) x (hari yang
dikehendaki).
Reorder Time :
TPK = PR (MT) + PR (hari yang
dikehendaki)
TPK = PR (MT) + safety stock
3. Stock Level Information
System :
Bertugas melakukan pencatatan dan
memberikan keterangan (informasi) mengenai perubahan persediaan :
2.120
11.960 TPK TPK
1.120
IRON STOCK lead time
6
8 14
Pesanan = 1.000 unit
Safety stock/buffer stock/iron stock :
Persediaan yang diadakan sebagai cadangan
jika pesanan barang datang lebih lama dari lead time.
Bab
XV
MANAGEMENT
UTANG JANGKA PENDEK
Kredit jangka pendek adalah bentuk
pembiayaan yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Jenis – jenisnya :
1. Kredit
perdagangan/utang dagang.
2. Pinjaman
– pinjaman dari Bank komersial/kredit Bank.
3. Surat
– surat komersial/commercial paper.
1.
Utang
dagang
Utang ini timbul karena transaksi
pembelian disetujui yang dibayar kemudian, maka pembeli memperoleh kredit atau
sumber dana utang dagang.
Perpanjangan jangka waktu kredit
(dari 30 hari → 60 hari → 2 kali) dan peningkatan pembelian akan mengakibatkan
sumber pembelanjaan spontan.
Faktor – faktor yang menentukan
jangka waktu kredit :
a. Sifat
ekonomis produk yang diperdagangkan.
b. Keadaan
si pembeli.
c. Keadaan
si penjual.
d. Potongan
tunai.
Konsep
net credit (kredit netto)
Yaitu
perbedaan antara tingkat piutang dagang dengan tingkat utang dagang.
5. Misal perusahaan rata – rata menjual Rp.
75.000/hari dengan jangka waktu penagihan rata – rata 40 hari → piutang rata –
rata 40 x 75000 = 3.000.000
6. Perusahaan
membeli rata – rata Rp. 50.000/hari dengan kredit 50 hari → utang rata – rata
50 x 50.000 = 2.500.000 → perusahaan memberikan
kredit netto Rp.500.000.
Utang
dagang juga berfungsi sebagai :
7. Sumber
pembelanjaan.
8. Subsidi
kepada pembeli.
9. Sarana
promosi penjualan.
2.
Pinjaman
dari Bank/Kredit Bank
Kredit line :
Bank akan memberikan kredit dalam
batas maksimum tertentu pada saat peminjam memerlukan.
Credit line yang diperpanjang
setelah 1 periode disebut credit revolving.
Misal : PT.Jakarta membutuhkan dana
menahan jumlah minimum sebagai copersating balance sebesar 10%. Bunga yang
dibayar adalah 12% per tahun perhitungan bunga efektif.
Kredit dibutuhkan = pinjaman – saldo minimum
100.000 = 100% - 10%
Pinjaman =
x
100.000
=
111.111,11
Biaya bunga = 10% x 111.111,11 = 11.111,11
Bunga efektif =
x 100%
= 11,11 %
Perbedaan antara Bank yang satu dengan
lainnya.
3.
Surat
Komersial (Commersial Paper)
Commercial paper merupakan surat
berharga pasar uang yang berjangka pendek, dan merupakan suatu janji dari
perusahaan yang mengeluarkannya untuk membayar pada tanggal jatuh tempo.
Commercial paper umumnya
dikeluarkan oleh perusahaan – perusahaan besar yang memiliki kepercayaan dan
reputasi yang dikenal luas.
Jangka waktu commercial paper
umumnya 90 hari, meskipun ada yang lebih lama.
Keuntungan perusahaan mengeluarkan
commercial paper :
a. Meningkatkan
status.
b. Jumlah
kredit yang diperoleh besar.
c. Tingkat
bunga yang ditawarkan untuk commercial paper cukup kompetitif disbanding dana
jangka pendek lainnya.
Beberapa
aktiva lancer sebagai jaminan :
1. Piutang
(ACC.REC.FINANCING)
2. Pembelanjaan
persediaan dengan jaminan :
a. Blanket
Line.
b. Trust
Receipts.
c. Field
Warehouse Receipts.
BAB
XVI
TIME
VALUE OF MONEY
1.
Nilai
YAD
Bila uang Rp. 10 juta disimpan di
bank dengan bunga 18%/th, maka pada akhir tahun:
Pn
= 10.000.000 x (1 + 0,18)
= 11.800.000
Bila diambil 2 tahun lagi, maka
menjadi:
Pn
= P2 = 10.000.000 x (1 + 0,18)²
= 13.924.000
Pn = Po (1
+ r)²
|
Pn
= jumlah penerimaan
Po
= uang sekarang
r = bunga
n = tahun
Bila
pembayaran bunga 12x setahun atau 2x, 3x, 4x dst. (mx) maka:
Pn = Po +
(1 + r/m)m..n
|
Contoh:
Bila
uang Rp. 10 juta disimpan selama 1 tahun dengan pembayaran bunga 4x setahun,
maka nilai uang tersebut 1 tahun lagi:
P1 = 10.000.000 x (1 + 0,18/4)4.1
= 11.925.186
2.
Nilai
Sekarang
Dalam penerimaan – penerimaan akan
dibandingkan dengan investasi yang dikeluarkan saat ini. Sehingga tidak bisa
dibandingkan nilai sekarang dengan nilai YAD. Karena itu penerimaan-penerimaan harus
dijadikan nilai sekarang. Untuk mencari nilai sekarang (present value) dari
penerimaan YAD, maka perlu mempertimbangkan suku bunga (return) yang
diharapkan. Jika akan menerima Rp. 1.200.000 satu tahun YAD, dengan bunga 20 %
maka nilai sekarang:
Po
= 1.200.000 / (1 + 0,2)
= 1.000.000
Po
= Pn
|
Contoh.
Apabila penerimaan suatu proyek
investasi beberapa tahun, seperti :
0 1 2 3 4
100jt
200jt 300jt 400jt
Bila bunga 15%, maka bisa dihitung
besarnya nilai sekarang dari penerimaan – penerimaan tersebut :
Po = 100/(1+0,15)1
+ 200/(1+0,15)² + 300/(1+0,15)3 + 400/(1+0,15)4
=
664,14jt
0 1 2 3 4
100jt
200jt 300jt 400jt
86,96jt
151,23jt
197,25jt
228,80jt
664,40jt
Dari rumus PV, nilai [
]
discount factor dapat dihitung dengan kalkulator, computer, table.
Tahun
|
Penerimaan
|
Discount
factor
|
PV
dari penerimaan
|
1
|
100
|
0,870
|
87
|
2
|
200
|
0,756
|
151,20
|
3
|
300
|
0,658
|
197,40
|
4
|
400
|
0,572
|
228,80
|
|
|
|
664,40
|
3.
NPV
Suatu keputusan investasi
membutuhkan dana yang cukup besar untuk ditanamkan pada proyek tersebut. Dana
tersebut akan kembali melalui penerimaan -
penerimaan keuntungan YAD untuk menilai layak atau tidak suatu
investasi, maka dana tersebut harus bisa ditutup dengan penerimaan bersih yang
sudah di PV kan. Selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai YAD
disebut NPV.
Contoh.
Investasi Rp. 600.000.000,- itu
diharapkan mempunyai usia 4 tahun dengan penerimaan berturut – turut :
150.000.000, 250.000.000, 300.000.000, 400.000.000. bila bunga 21% maka NPV :
150 250 250 150
+ + + - 600 = 50,665
(1+0,21)1 (1+0,21)² (1+0,21)³ (1+0,21)4
Tahun
|
Penerimaan
|
Discount
factor
|
PV
dari penerimaan
|
1
|
150.000.000
|
0,826
|
123.900.000
|
2
|
250.000.000
|
0,683
|
170.750.000
|
3
|
300.000.000
|
0,564
|
169.200.000
|
4
|
400.000.000
|
0,467
|
186.800.000
|
|
Total
PV dari penerimaan
|
650.650.000
|
|
|
Investasi
|
600.000.000
|
|
|
NPV
|
50.650.000
|
4.
IRR
Pada NPV akan diketahui selisih
keuntungan absolute (dalam rupiah) antara nilai sekarang penerimaan dengan
inverstasinya. Sedang IRR mencari besarnya tingkat keuntungan relatif dalam
prosentase diatas penerimaan investasi. Dengan demikian IRR adalah tingkat
bunga yang bisa menyamakan antara PV penerimaan dengan PV dari investasi. Untuk
menghitung IRR menggunakan cara interpolasi dengan menghitung NPV positif dan
negatif. Dari kedua NPV tersebut dicari IRR dengan interpolasi.
Contoh :
Sebuah proyek dengan investasi
sebesar Rp. 500.000,- mempunyai usia ekonomis 3 tahun. Selama 3 tahun
memperoleh penerimaan bersih sebesar Rp. 250.000,- per tahun. Berapa IRR nya?
Dari contoh tersebut, bisa kita
cari NPV yang menghasilkan kutub positif dan negative, misalnya dengan r
sebesar 20% dan 24%.
Dengan r = 20%
Total Present Value (TPV)
penerimaan = 250.000 x 2,106 = 526.500
Investasi 500.000
NPV 26.500
Dengan r = 24%
Total Present Value (TPV)
penerimaan = 250.000 x 1,981 = 495.250
Investasi 500.000
NPV - 4.750
Dari hasil perhitungan tersebut,
bila kita sajikan dalam bentuk perbandingan akan Nampak sebagai berikut :
Selisih r = 24%
- 20% = 4%
r
= 20% r
= 24%
TPV = 526.500 r = ? 495.250
Inv
= 500.000 NPV = 0 500.000
NPV = 26.500 - 4.750
Selisih NPV =
31.250
Dari sajian ilustrasi di atas
terlihat bahwa selisih NPV sebesar 31.250 tersebut setara dengan bunga 4%. Oleh
karena itu, untuk menjadikan NPV = 0, maka r dihitung dengan cara interpolasi
yakni sebesar :
26.500
IRR = 20% + x 4% = 23,39%
31.250
Pada perhitungan tersebut ada dua
suku bunga 20% dan 24%. Apabila suku bunga 20% dianggap r rendah (rr) dan suku
bunga 24% sebagai r tinggi (rt), dan selisih NPV dapat juga dicari dengan cara
= TPV rr – TPV rt, maka untuk menghitung IRR ini bias dirumuskan sebagai
berikut :
|
NPV rr
IRR = rr + x (rt – rr)
TPV rr – TPV rt
Dari contoh diatas bila dihitung
dengan rumus ini akan didapatkan IRR dengan hasil yang sama sebagai berikut :
26.500
IRR = 20% + x (24% – 20%) = 23,39%
526.500
– 495.750
Bab
XVII
KEPUTUSAN
INVESTASI
Proses keputusan
investasi :
Ø Perencanaan
Ø Analisis
investasi
Ø Pemilihan
proyek
Ø Pelaksanaan
proyek
Ø Pengawasan
proyek
Pemilihan proyek
Kriteria pemilihan proyek dipergunakan
sebagai dasar untuk menerima atau menolak yang meliputi :
1. Payout/payback
method.
2. Discounted
cash flow method :
a. Net
Present Value (NPV)
b. Internal
Rate of Return (IRR)
Perhatian :
Dalam perhitungan arus uang penghapusan
tidak diperhitungkan sebagai pengeluaran uang.
Contoh.
Hasil penjualan PT.AYU Rp. 6.000.000,-.
Biaya Rp. 3.700.000,-
(penghapusan Rp. 800.000,-, biaya cash
Rp. 2.900.000,-). Pajak 45%.
Jawab.
Per.L/R Cash Flow
Hasil penjualan 6.000 6.000
Biaya
10. Cash (2.900) (2.900)
11. Pengeluaran
(non cash) ( 800)
Laba sebelum TAX 2.300
Tax (1.035) - (1.035)
Laba bersih 1.256
Arus uang (C.F) 2.065
Cash Flow = Profit + DEP
|
Contoh.
L/R Cash Flow
Hasil sewa 700 700
Biaya (300) (300)
Penghitungan
10%/tahun (100)
Laba sebelum TAX 300
Pajak 40% x 300 (120) (120)
Laba bersih 180
Arus uang …… 280
1.
Metode
Payback Period
Adalah metode pemilihan proyek yang
sederhana diperoleh dengan menghitung jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah
cash flow sama dengan investasi asal.
Kriterianya :
v
Terima
proyek jika payout period < DP maksimum payout yang ditentukan perusahaan.
v Tolak
proyek jika payout > DP maksimum payout yang ditentukan perusahaan.
(1000) 280 280 280 280
1 2 3 4 5 10
1)
Payout period :
x
1 tahun = 3 tahun 7 bulan
280.000
+ 280.000 + 280.000 + (
x
7) =1.003.333
2.
21-25NPV
Kriterianya :
§ Proyek
diterima jika NPV > 0
§ Proyek
ditolak jika NPV < 0
Jika
NPV = 0, investasi dalam proyek tidak untung dan tidak rugi
Tahun
|
Cash Flow
|
Faktor
|
Nilai Kontan
|
0
|
(1.000.000)
|
1,000
|
(1.000.000)
|
1
|
280.000
|
0,909
|
254.520
|
2
|
280.000
|
0,826
|
231.280
|
3
|
280.000
|
0,751
|
210.280
|
4
|
280.000
|
0,683
|
191.240
|
5
|
280.000
|
0,621
|
173.880
|
6
|
280.000
|
0,564
|
157.920
|
7
|
280.000
|
0,513
|
143.640
|
8
|
280.000
|
0,467
|
130.760
|
9
|
280.000
|
0,424
|
118.720
|
10
|
280.000
|
0,386
|
108.080
|
|
1.800.000
|
|
720.320
|
Dengan
table B
Tahun
|
Cash Flow
|
Faktor
|
Nilai Kontan
|
0
|
(1.000.000)
|
1,000
|
(1.000.000)
|
10
|
280.000
|
6,145
|
1.720.600
|
|
|
NPV
|
720.600
|
Dengan
table C
3.
IRR
o
Adalah tingkat suku bunga bila
dipergunakan untuk mendiskontokan penerimaan – penerimaan yang diperkirakan,
akan menyamakan nilai kontan penerimaan – penerimaan itu dengan nilai
investasi.
o
Metode IRR berusaha mencari nilai
tingkat bunga yang memberikan nilai NPV dari seluruh cash flow sama dengan nol.
o
Menurut metode IRR suatu proyek dihitung
bunga diskontonya dengan menyamakan nilai PV dari expektasi cash flow dan nilai
investasi awal.
o
Pada IRR tingkat bunga untuk
mendiskontokan cash flow harus dicari (trial error).
Dalam
contoh tadi.
Investasi
Rp. 1.000.000
Cash
flow per tahun Rp. 280.000
Maka
faktor kita peroleh : 1.000.000 :
280.000 = 3,571
Dalam
table bunga (C) :
Tahun 18% 20 – 25
9 4.303 3.463
10 4.494 3.571
Jadi
payout period = faktor bunga = 25%, sehingga IRR = 25%
Kriteria
IRR :
- Proyek
diterima jika IRR > opportunity cost of capital
- Proyek
ditolak jika IRR < opportunity cost of capital
Bab
XVIII
LEVERAGE
Dalam finance leverage adalah suatu alat
untuk menaikan atau meningkatkan laba.
ROI Leverage
adalah suatu indicator untuk mengukur samapi dimana efisiensi management dalam
mencapai laba.
Menurut Dupont :
ROI =
+
X
Assets
turnover Profit margin
Bila salah satu faktor dapat dinaikan
maka ROI akan meningkat.
Misal : Profit margin . . . . . .6%
Assets
turnover . . . .3x
Maka
ROI = 3x6 = 18%
Bila profit margin dinaikan 1% → ROI
akan meningkat 3%
Perusahaan yang mempunyai asset turnover
yang tinggi disebut perusahaan yang mempunyai tingkat asset leverage yang
tinggi : (48)
Misal :
Profit margin x Asset turnover = ROI
1. PT.SAGITA
5% x 4 = 20%
2. PT.RUDIN 6% x 3
= 18%
Profit
margin dapat dinaikan dengan pengawasan biaya (cost control) → sehingga
menaikan ROI.
Cost
control dapat dilakukan pada bidang :
1. Produksi
: mesin tak dipergunakan secara efisien.
2. Biaya
penjualan.
3. Distribusi/penyaluran
barang.
4. Biaya
umum.
Bila cost control dilakukan secara
menyeluruh dalam perusahaan profit margin dapat ditingkatkan dan ROI dapat
dilipatgandakan.
|
Sebelum
Cost Control
|
Sesudah
Cost Control
|
Cash
|
12.000
|
11.000
|
Receivables
|
22.000
|
20.000
|
Inventories
|
27.000
|
25.000
|
Current assets
|
61.000
|
56.000
|
Fixed assets
|
70.000
|
68.000
|
Total assets
|
131.000
|
124.000
|
Sales
|
200.000
|
204.000
|
Asset Turn-over
|
1,53
|
1,65
|
Statement of Income
Sales
|
200.000
|
204.000
|
Production
expenses
|
125.000
|
119.000
|
Selling
expenses
|
14.000
|
13.000
|
Distribution
expenses
|
15.000
|
12.000
|
Fixed
costc
|
25.000
|
25.000
|
Costs of Gold Sold
|
177.000
|
169.000
|
Gross
Profit
|
23.000
|
35.000
|
Administrative expenses
|
10.000
|
9.000
|
Earning
before interest and Taxes
|
13.000
|
26.000
|
Taxes
|
2.600
|
5.200
|
Net
Income after Tax
|
10.400
|
20.800
|
Sales
|
200.000
|
204.000
|
Profit margin
|
5,2%
|
10,2%
|
Return
on Investment (ROI)
|
7,9%
|
16,8%
|
Analisa marginal dalam profit :
Planning :
1. Operating
Leverage
2. Fixed
Leverage
3. Combined
Leverage
1.
Operating
Leverage
Mengukur perubahan pendapatan
(revenue) dibandingkan dengan perubahan laba sebelum bunga dan pajak (ebit).
Tingkat operating leverage (Degree
of Operating Leverage = DOL) adalah perbandingan antara kontribusi marginal
dengan ebit.
DOL =
DOL
=
|
→ FC =
fixed cost
BEP =
|
S = sales per unit
V = variable cost per unit
Kontribusi margina; = S – V
S → bisa per unit/total
V → bisa per unit/total
Contoh.
Biaya tetap Rp.
100.000,-
Harga jual per unit Rp.
5,-
Biaya variage per unit Rp.
3,-
BEP =
=
=
50.000 unit
Bila penjualan 55.000 unit → maka :
Hasil penjualan Rp. 275.000,-
Variable cost 165
Fixed cost 100
Rp. 265.000,-
EBIT Rp. 10.000,-
DOL
=
=
=
11
2.
Fixed
Leverage
FL =
FL =
|
TR
= total revenge
TVC
= total variable cost
TFC = total fixed cost
I
= interest
Contoh.
Revenge 500.000
VC 300.000
FC 100.000
400.000
EBIT 100.000
Interest 25.000
EBT 75.000
Fixed Leverage =
=
4/3
3.
Combined
Leverage
CL = (operating leverage) x (fixed
leverage)
=
x
Combined
Leverage =
|
·
Financial Leverage (Leverage Factory)
Adalah perbandingan
antara utang jangka panjang engan jumlah aktiva.
FL =
Misal:
utang jangka panjang Rp. 140.000.000,-
Nilai aktiva Rp. 200.000.000,-
Leverage Factor =
x
100% = 70%
Leverage faktor berpengaruh terhadap
tingkat ROI karena :
- Aktiva
perusahaan ada yang dibelanjai dengan utang berupa ; obligasi, hipotik dan
utang jangka panjang lainnya.
- Suku
bunga yang dibayar tidak selalu sama dengan ROI.
Perbandingan
antara ROI yang dicapai dengan tingkat bunga yang harus dibayar ada 3
kemungkinan :
-
ROI > tingkat bunga
-
ROI = tingkat bunga
-
ROI < tingkat bunga
Tambahan
dana dari pinjaman baru akan menambah keuntungan pemegang saham, tetapi harus diperhatikan
:
1.
Kemampuan perusahaan untuk menggunakan
dana tambahan.
2.
Kelayakan kredit perusahaan.
Bab XIX
EFEK – EFEK
Efek – efek
(financial securities) adalah bukti pemilikan atau tuntutan kreditur terhadap
suatu perusahaan, yang mudah dipindahtangankan (perdagangkan).
Dibedakan 2
jenis :
1. Efek
pernyataan utang (Debt Security)
Perusahaan
berkewajibab membayar kembali pada saat jatuh tempo dan membayar bunganya
secara berkala.
2.
Efek
pernyataan kepemilikan (Equity Security)
Merupakan
bukti bahwa pemegang adalah pemilik perusahaan, yang mempunyai hak dan kondisi
berbeda dengan kreditur.
Jenis
– jenis perusahaan :
1.
Perusahaan
perseorangan.
2.
Persekutuan
; Firma (FA), CV.
3.
Perseroan
Terbatas.
1. Perusahaan
Perseorangan
Adalah
perusahaan yang dimiliki oleh satu orang yang memegang hak kepemilikannya
seluruh harta (aktiva) perusahaan dan bertanggungjawab penuh atas hutang –
hutang.
Keuntungan
:
1.
Mudah
mendirikannya.
2.
Tidak
diperlukan efek/financial security.
3.
Tidak
harus didirikan dengan akta.
4.
Seluruh
keuntungan menjadi hak pribadi.
2. Persekutuan
A) Persekutuan Firma
Adalah
suatu perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih dan bertanggungjawab
tak terbatas.
B) CV (Persekutuan Komanditer)
Adalah
suatu perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang terdiri atas :
1.
Anggota
yang bertanggungjawab penuh.
2.
Anggota
yang bertanggungjawab terbatas.
Didirikan dengan perjanjian
tertulis yang merupakan kontrak – kontrak hokum bukan efek – efek (financial
securities)
Variant dari persekutuan komanditer adalah persekutuan komanditer dengan saham –
saham → merupakan suatu bentuk peralihan kebentuk PT.
Saham – saham yang dikeluarkan,
termasuk kedalam efek pernyataan (equity security).
PENILAIAN SURAT BERHARGA
(SECURITAS)
SECURITAS
OBLIGASI SAHAM
(Berpenghasilan tetap) (Tidak
Berpenghasilan tetap)
KARAKTERRISTIK SAHAM DAN OBLIGASI
Faktor
|
Saham
|
Obligasi
|
1. Status
2. Kepentingan
terhadap Emiten
3. Umur
4. Pendapatan
5. Perlakuan
Pajak
6. Harga
7. Hak
suara
8. Klaim
dalam Likuidasi
|
Berkat
kepemilikan
Berkepentingan
langsung terhadap tujuan / misi perusahaan
Tidak
terbatas
Deviden
Dibayar
jika untung
Potensi
laba sulit diukur
DEV
= Bag laba - pajak
Lebih
Berfluktuatif
Memiliki hak suara
Infebior
|
Berkat
Utang
Hanya
berkepentingan terhadap keamanan pinjaman
Ada j / t
Bunga
RIL
tetap dibayar
Bunga
mudah dihitung
Bunga
dikeluarkan dulu sebelum pajak.
Relatif
stabil
Tidak
memiliki hak suara
Superior (didahulukan hak klaimnya)
|
Terdapat
karelasi positif antara Expected Return (E√) atau “Keuntungan yang diharapkan”
dengan “RISK” (risiko), artinya : Semakin Ev tinggi semakin berisiko.
Jika
Investor menghendaki investasi yang tidak berisiko (Risiko nol), maka
keuntungan yang diperoleh sebesar “Tingkat keuntungan bebas risiko”.
E√
Tingkat keuntungan bebas risiko
|
Slope pertumbuhan (GROWTH = g) dari
E√ Dc kenaikan risiko
|
Risk
0
OBLIGASI
Obligasi adalah Surat pengakuan utang
yang dikeluarkan perusahaan / lembaga lain yang mempunyai nilai nominal
tertentu dan akan dibayar selama jangka waktu tertentu, serta akan member bunga
tetap.
Ciri-ciri obligasi:
v Mempunyai
nilai nominal (face Value) yaitu jumlah nilai yang akan dibayar saat obligasi
j/t.
v Bunga
(coupon) dibayar secara periodic (tahunan, kuartal, semester)
v Mempunyai
jangka waktu, biasanya jangka panjang.
Contoh:
Seorang investor membeli obligasi dengan
niali nominal Rp. 100.000,- dengan jangka waktu 4 tahun, dan memberikan bunga
(coupon) 20% per th.
a.
Bagaimana aliran kas masuk yang diterima
investor selama 4 tahun.
b.
Berapa nilai (harga obligasi) yang
bersedia dibayar investor sekarang (tahun ke 0), jika tingkat keuntungan yang
diharapkan ; 24% atau 18%.
Jawab:
a. Aliran
kas masuk tahun 0 s/d tahun 4:
Tahun
0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun
4
? 20.000 20.000 20.000 20.000
100.000
Coupon Nilai
nominal
b. Harga
obligasi sekarang (tahun 0), dengan tingkat keuntungan yang diharapkan 24%.
+
|
+
|
+
|
4
|
(1+0,24) (1+0,24)² (1+0,24)³
(1+0,24)
=
90.380
Harga obligasi tahun 0, jika keuntungan yang diharapkan 18% :
+
|
+
|
+
|
4
|
(1+0,18) (1+0,18)² (1+0,18)³ (1+0,18)
·
Jika tingkat keuntungan yang diharapkan
> coupon, maka harga obligasi < nilai nominal.
·
Jika tingkat keuntungan yang diharapkan
< coupon, maka harga obligasi > nilai nominal.
·
Semakin besar tingkat keuntungan yang
diharapkan, semakin kecil harga obligasi.
·
C C C
+ N
Po
= + + …… +
(1 + r)¹ (1 + r)² (1
+ r)ⁿ
|
C : Coupon (Rp)
N : Nilai nominal obligasi
r : Return yang diharapkan
n : Jangka waktu obligasi
PENILAIAN
SAHAM
Saham adalah
bukti kepemilikan perusahaan yang memberikan penghasilan tidak tetap.
Penghasilan dari
saham = Deviden
Keuntungan lain
berupa selisih harga saham.
Jika
harja jual > harga beli memperoleh
CAPITAL GAIN
Jika
harga jual < harga beli Memperoleh
CAPITAL LOSS
Contoh:
Harga saham saat
ini Rp. 8.000,- per laba dan diharapkan memberikan deviden Rp. 1.000,- di tahun
depan. Tahun depan perkiraan harga saham menjadi Rp. 8.600,-. Berapa % tingkat
keuntungan yang diharapkan.
Jawab:
1.000 8.600 – 8.000
Tingkat
keuntungan = +
8.000 8.000
D1 P1 - Po
r = +
Po Po
|
Tingkat
keuntungan : r
Deviden : D1
D1 + P1 - Po
r =
Po
|
Harga
saham tahun depan : P1
Contoh :
Saham yang
memberikan deviden Rp. 1.000,- pada tahun depan, harganya Rp. 8.600,- pada
perkiraan tahun depan. Berapa harga saham saat ini juka r = 20%.
Jawab :
1.000 8.600
Po
= + =
Rp. 8.000,-
(1+0,20)¹
(1+0,20)¹
|
D1
P1
Po
= +
(1 + r)¹ (1 + r)¹
Jika Investor
ingin memiliki saham n tahun, maka :
|
D1 P1 Dn – 1 Pn
Po = + + …….+ +
(1 + r)¹ (1 + r)² (1 + r)ⁿ־¹
(1 + r)ⁿ
Pada tahun ke “n”
tidak ada deviden karna saham telah dijual.
|
Jika investor
ingin memiliki saham selamanya (tak terhingga), maka :
|
D1 D2 N
Po = + + …….+
(1 + r)¹ (1 + r)² (1 + r)
Namun sulit
meramalkan
Contoh :
Saham PT “K”
harga pasar saat ini Rp. 12.400,- per laba, diperkirakan akan member deviden
Rp. 1.350,- per laba.
a. Berapa
tingkat keuntungan investor jika harga jual diperkirakan Rp. 13.100,-
b. Berapa
harga jual jika dikehendaki keuntungan 20%.
Jawab :
1.350
+ 13.100 + 12.400
a. Expected
Return = Er = = 16,53%
12.400
1.350
+ P1
–
12.400
b. 20%
=
12.400
P1 = Rp. 13.530,-
Capital
Asset Pring Model
Untuk menentukan
harga yang layak bagi sekuritas, tergantung dari tingkat keuntungan yang
diharapkan dari sekuritas yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat keuntungan
yang diharapkan oleh investor akan semakin kecil harga yang tersedia dibayar
investor. Dengan demikian akan muncul pertanyaan, berapa besar tingkat
keuntungan yang layak bagi investor, apakah tidak ada ukuran yang realistis
tingkat keuntungan tersebut?. Salah satu model yang digunakan untuk menaksir
tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah model Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model ini menyatakan secara
tegas bahwa ada hubungan yang sangat positif dan linier antara tingkat
keuntungan yang layak (r) dengan risiko.
Risiko dalam teori portfolio
diartikan sebagai deviasi tingkat keuntungan (= σ), yang menunjukkan seberapa
jauh kemingkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan
(expected value = Er). Semakin besar nilai σ semakin besar kemungkinan nilai
riil menyimpang dari yang diharapkan, yang berarti semakin tinggi risikonya.
Sedangkan nilai yang diharapkan merupakan rata-rata atau mean yang diberi notasi Er.
Sebagai contoh
ada dua sekuritas yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Investasi
sekuritas X
|
Investasi
sekuritas Y
|
||
Probabilitas
|
Return
|
Probabilitas
|
Return
|
0,25
0,50
0,25
|
15%
25%
35%
|
0,15
0,70
0,15
|
15%
25%
35%
|
Jawab :
Er X = 0,25 (15%) + 0,50 (25%) + 0,25 (35%) = 25%
Er Y = 0,15 (15%) + 0,70 (25%) + 0,15 (35%) = 25%
Er X = Er Y, tapi penyebaran X >
Y, kemungkinan invest X menerima Er di bawah 25% adalah 0,25, sedangkan Y
adalah 0,15
|
Risiko : σ = {Pi (Ri – Er)²}½
|
Pi :
PROB 1 …….n
Ri :
RETURN 1 ……n
Er :
Expected Return
|
Atau
σ = √{Pi (Ri – Er)²}
|
σX = {0,25 (0,15 – 0,25)² + 0,50
(0,25 – 0,25)² + 0,25 (0,35 – 0,35)²}½
= 0,071
σY = {0,15 (0,15 – 0,25)² + 0,70
(0,25 – 0,25)² + 0,15 (0,35 – 0,35)²}½
= 0,055
Ternyata = σX > σY (Risiko X
> Risiko Y).
Risiko Sistematis
(yang tidak dapat dihindari)
|
Risiko
Risiko
tidak sistematis (dapat dikurangi dengan membentuk portofolio = kombinasi
beberapa jenis sekuritas yang dimiliki)
|
Semakin banyak jenis sekuritas
dalam portofolio semakin risiko ditekan mendekati risiko sistematis.
Risiko (%)
Risiko
tidak sistematis
|
Risiko
Total
|
∑ Sekuritas
|
Risiko
Sistematis
|
TINGKAT
KEUNTUNGAN PORTOFOLIO (Rp)
Rp = Rf + {(Rm – Rf) : σm}σp
|
Rp : Tingkat keuntungan portofolio
Rf : Tingkat keuntungan bebas risiko
Rm : Tingkat keuntungan pasar
σm : Standar deviasi pasar (risiko pasar)
σp : Standar deviasi portofolio (Risiko
Portofolio)
{(Rm – Rf) : σm}
= Premium Risiko.
Er
GPM (Garis Pasar Modal) = Rf + {(Rm
– Rf) : σm}σp
|
Rm
Rf
|
σm
|
σp
|
0
|
Contoh :
Suatu portofolio
sekuritas diketahui bahwa keuntungan bebas risiko 10%, tingkat keuntungan pasar
16% dengan risiko pasar 14%. Risiko portofolio 10%.
Hitung :
a. Premium Risiko
b.
Tingkat keuntungan portofolio
Jawab :
a. Premium
Risiko = (16% - 10%) : 14% = 42,86%
b. Rp
= 10% + {(16% - 10%) : 14%} 10% = 14,29%
GARIS
PASAR SEKURITAS (GPS) = Security Market Line (SML)
Untuk menghitung tingkat keuntungan sekuritas
individual (bukan portofolio) = CAPM tapi tingkat Risiko diukur dengan
“Koefisien Beta (β)”.
Ri = Rf + βi (Rm – Rf)
|
Ri ;
Tingkat keuntungan sekuritas i
Rf :
Tingkat keuntungan bebas risiko
Rm :
Tingkat keuntungan pasar (tingkat keuntungan dengan β = 1)
Βi :
Koefisien beta sekuritas i (tingkat risiko sekuritas i)
Er
|
Rm
|
Rf
|
0
|
σm
|
Risk (σp)
|
GPS (SML) = Rf + βi (Rm – Rf)
|
Contoh :
Berapa tingkat keuntungan yang
dapat diharapkan dari saham PT “X” jika tingkat keuntungan pasar 15%, koefisien
beta o,60 dan tingakt keuntungan bebas risiko 12%.
Jawab :
Ri = Rf + βi (Rm – Rf)
= 12% + 0,60 (15% - 12%)
= 13,80%
Kebijakan Dividen
Kebijakan
yang diambil Management adalah memutuskan :
-
Laba
akan dibagi semua : berarti mengurangi jumlah laba yang ditahan dan mengurangi
sumber dana intern untuk mengembangkan perusahaan.
-
Laba
dibagi sebagian atau tidak dibagikan sebagi dividen → laba ditahan →
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan perusahaan.
Kebijakan
dividen secara tunai/cash dividend :
1.
Kebijakan
pemberian dividen stabil : dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya
untuk jangka waktu tetentu, walaupun laba yang diperoleh berfluktuasi, karena :
-
Mengingkatkan
harga saham.
-
Member
kesan investor bahwa perusahaan mempunyai prospek baik.
-
Menarik
investor baru.
2.
Kebutuhan
dividen yang meningkat :
Dividen
dibayarkan selalu meningkat dengan pertumbuhan stabil.
Misal
: perusahaan memberikan dividen Rp. 600,-/lembar dengan pertumbuhan 5%, maka
besarnya tahun depan naik 5% menjadi Rp. 630,-/lembar.
3.
Kebutuhan dividen dengan rasio konstan.
Dividen
yang diberikan mengikuti besarnya laba yang diperoleh. Dasar yang digunakan
disebut, dividend payout ratio.
Misal
: ditentukan dividend payout rationya 60%, bila perusahaan memperoleh laba per
lembar saham Rp. 1500,- maka yang dibayarkan sebagai dividend = 60% x Rp.
1500,- = Rp. 900,-/lembar saham.
4.
Kebutuhan pemberian dividen regular yang
rendah ditambah ekstra.
perusahaan
menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian
ditambahkan ekstra dividen bila laba mencapai jumlah tertentu.
Soal.
PT.X
selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi pemegang saham sebagai berikut
:
Tahun Laba
untuk pemegang saham
92 . . . . . . . . . . . . . . . .120.000.000
93 . . . . . . . . . . . . . . . . 50.000.000
94 . . . . . . . . . . . . . . . .150.000.000
95 . . . . . . . . . . . . . . . .250.000.000
96 . . . . . . . . . . . . . . . .300.000.000
97 . . . . . . . . . . . . . . . .325.000.000
98 . . . . . . . . . . . . . . . .350.000.000
99 . . . . . . . . . . . . . . . .275.000.000
PT.X punya jumlah saham yang beredar sebanyak 40.000
lembar. Dari data tersebut saudara diminta menentukan :
a. Laba per lembar saham (EPS)
b. Besarnya dividen per lembar saham
bila kebijakan dividen stabil sebesar Rp. 1.600,-/lembar, kecuali bila laba per
lembar saham di peroleh perusahaan mancapai Rp. 6000,- dua periode berturut –
turut, dividen akan dibayarkan menjadi Rp. 2.400,-/lembar.
c. Dividen yang dibayarkan meningkat
terus – menerus dengan pertumbuhan sebesar 10%. Dividen yang dibagikan tahun 92
sebesar Rp. 1.500,-/lembar.
d. Besarnya dividen bila ditentukan
dividen payout ratio sebsar 60%.
e. Besarnya dividen bila kebijakan
dividen adalah reguler sebesar Rp. 1.600,- dan ditambah ekstra 40% bila laba
per lembar saham yang dicapai lebih besar Rp. 5.000
Jawab.
a. Earning Per Share
Tahun
|
Perhitungan
|
Eps (Rp)
|
92
|
120.000.000
: 40.000
|
3.000
|
93
|
50.000.000
: 40.000
|
1.250
|
94
|
150.000.000
: 40.000
|
3.750
|
95
|
250.000.000
: 40.000
|
6.250
|
96
|
300.000.000
: 40.000
|
7.500
|
97
|
325.000.000
: 40.000
|
8.125
|
98
|
350.000.000
: 40.000
|
8.750
|
99
|
275.000.000
: 40.000
|
6.875
|
Tahun
|
Div (Rp)
|
92
|
1.600
|
93
|
1.600
|
94
|
1.600
|
95
|
1.600
|
96
|
2.400
|
97
|
2.400
|
98
|
2.400
|
99
|
2.400
|
b.
Tahun
|
Perhitungan
|
Eps (Rp)
|
92
|
1.500(1+0,1)0
|
1.500
|
93
|
1.500(1+0,1)1
|
1.650
|
94
|
1.500(1+0,1)2
|
1.815
|
95
|
1.500(1+0,1)3
|
1.997
|
96
|
1.500(1+0,1)4
|
2.196
|
97
|
1.500(1+0,1)5
|
2.416
|
98
|
1.500(1+0,1)6
|
2.657
|
99
|
1.500(1+0,1)7
|
2.923
|
c.
Tahun
|
Perhitungan
|
Eps (Rp)
|
92
|
3.000 x 60%
|
1.800
|
93
|
1.250 x 60%
|
750
|
94
|
3.750 x 60%
|
2.250
|
95
|
6.250 x 60%
|
3.750
|
96
|
7.500 x 60%
|
4.500
|
97
|
8.125 x 60%
|
4.875
|
98
|
8.750 x 60%
|
5.250
|
99
|
6.875 x 60%
|
4.125
|
d.
Tahun
|
Dividen
Reguler
|
Dividen
Ekstra
|
Dividen
Per share
|
92
|
1.600
|
-
|
1.600
|
93
|
1.600
|
-
|
1.600
|
94
|
1.600
|
-
|
1.600
|
95
|
1.600
|
40% x (6.250-5000) = 500
|
2.100
|
96
|
1.600
|
40% x (7.500-5000) = 1000
|
2.600
|
97
|
1.600
|
40% x (8.125-5000) = 1.250
|
2.850
|
98
|
1.600
|
40% x (8.750-5000) = 1.500
|
3.100
|
99
|
1.600
|
40% x (6.875-5000) = 750
|
2.350
|
e.
Kebijakan
Stock Dividen
Adalah memberikan dividen tidak
dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham, artinya
pemegang saham diberikan tambahan saham sebagai pengganti cash dividen.
Pemberian Stock Dividen tidak
akan merubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi hanya mengubah komposisi
modal sendiri, karena pemberian stock dividen hanya mengurangi pos laba ditahan
dan menambah pos modal saham.
Contoh.
Suatu perusahaan pada akhir tahun
mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut:
Modal saham (nominal Rp. 5000 x
120.000L) =
600.000.000
Agio saham = 400.000.000
Laba ditahan = 800.000.000
Jumlah modal sendiri =
1.800.000.000
Perusahaan akan memberikan stock
dividen sebanyak 25% atau 30.000 lembar saham. Harga saham tersebut Rp. 7.500,-
per lembar. Struktur modal sendiri setelah ada pemberian stock dividen adalah
sebagai berikut :
Modal saham (nominal Rp. 5000 x
150.000L) =
750.000.000
Agio saham = 475.000.000
Laba ditahan = 575.000.000
Jumlah modal sendiri =
1.800.000.000
Maka nilai keseluruhan saham Rp.
7.500.000,-. Setelah stock dividen jumlah saham yang dimiliki = 1.250 lembar
dengan nilai Rp. 7.500.000,-. Dengan demikian harga pasar saham saat ini = Rp.
7.500.000 : 1.250 = Rp. 6.000,-.
Kebijakan
Stock Split
Apabila harga pasar saham terlalu
tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham tersebut.
Sehingga perusahaan meningkatkan jumlah lembar saham melalui Stock Split, yaitu
pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil.
Dengan stock split jumlah lembar
saham menjadi banyak, karena saham lama dipecah, sehingga harga per lembar
menjadi turun.
Contoh.
Perusahaan pada akhir tahun
dengan struktur modal sebagai berikut :
Modal saham (Rp. 4000 x 250.000L) = Rp. 1.000.000.000
Agio saham = Rp. 500.000.000
Laba ditahan =
Rp. 900.000.000
Jumlah modal sendiri = Rp.
2.400.000.000
Perusahaan mengadakan stock split
dari 1 lembar saham menjadi 2 lembar, maka struktur modal sebagai berikut :
Modal saham (Rp. 2000 x 500.000L) = Rp. 1.000.000.000
Agio saham = Rp. 500.000.000
Laba ditahan =
Rp. 900.000.000
Jumlah modal sendiri = Rp.
2.400.000.000
Setelah stock split, struktur
modal sendiri tidak berubah hanya lembar saham dari 250.000 L menjadi 500.000 L
dengan harga nominal menjadi Rp. 2.000,-/lembar.
Kebijakan
Repurchase Stock
Yaitu pembelian kembali saham –
saham perusahaan yang dipegang oleh investor atau pemegang saham, karena
perusahaan punya kelebihan uang kas.
Kelebihan dana perusahaan yang
digunakan untuk membayar dividen atau pembelian kembali saham, tidak ada
bedanya bagi perusahaan bila tidak ada pajak pendapatan (personal tax) dan
biaya transaksi.
Contoh.
Perusahaan mempunyai laba setelah
pajak dan harga pasar saham sebagai berikut :
Keuntungan setelah pajak Rp. 200.000.000,-
Jumlah saham beredar 160.000 lembar
Laba per saham Rp. 1.250,-
Harga pasar saham Rp. 7.500,-
Price earning ratio (per) 6x
Perusahaan akan memanfaatkan
labanya sebesar Rp. 120.000.000,- untuk dibayarkan sebagai cash divined atau
untuk membeli kembali sahamnya.
A. Apabila investor, labanya dibagi
sebagai cash dividend maka akan menerima dividen sebesar Rp. 750,-/lembar
(120.000.000 : 160.000).
Dengan demikian harga pasar sahamnya akan menjadi
Rp. 7.500 + Rp. 750 = Rp. 8.250,-
B. Bila perusahaan memilih melakukan
pembelian kembali sahamnya, maka Rp. 120.000.000,- untuk membeli 120.000.000 :
8.250 = 14.545 lembar, sehingga saham yang beredar 160.000 – 14.545 = 145.455L
Maka laba per lembar saham = Rp. 200.000.000 :
145.455 = Rp. 1.375,-
Per 6x maka harga sahamnya adalah Rp. 1.375 x 6 =
Rp. 8.250,- → harga sahamnya sama bila labanya dibagikan sebagai dividen.
TEORI
DIVIDEN :
1. Residual Dividen of Teori (RDT).
2. Walter’s Dividend Model.
3. Modigliani and Miller Model.
1.
Teori Residu Dividen (RDT)
Laba
dibagikan pemegang saham bila keuntungan yang diperoleh dari reinvestasi lebih
kecil disbanding dengan keuntungan yang disyaratkan, bila keuntungan atas
kesempatan investasi tersebut sama atau lebih besar dari tingkat keuntungan
yang disyaratkan, maka laba sebaiknya tidak dibagikan. Jadi Residual Dividend
of Theory adalah sisa laba yang tidak diinvestasikan kembali.
Contoh.
Perusahaan
akan mempertahankan struktur modalnya yang dianggap telah optimal dengan rasio
hutang dengan modal sendiri = 40 : 60.
Biaya
modal rata – rata tertimbang struktur modal sebesar 13% dengan perincian biaya
hutang 10% dan biaya modal sendiri akan meningkat menjadi 18% bila harus
melakukan emisi saham baru. Pada tahun ini perusahaan mendapat keuntungan
sebesar Rp. 1.200.000.000,-. Kesempatan investasi yang ada tingkat keuntungan
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
|
Kondisi Return Diharapkan
|
|||
Invest
|
Nilai invest
|
Buruk
|
Sedang
|
Baik
|
A
|
400.000.000
|
18%
|
21%
|
26%
|
B
|
300.000.000
|
17%
|
19%
|
21%
|
C
|
300.000.000
|
15%
|
18%
|
19%
|
D
|
400.000.000
|
14%
|
15%
|
18%
|
E
|
400.000.000
|
12%
|
14%
|
16%
|
F
|
400.000.00
|
11%
|
12%
|
15%
|
G
|
400.000.000
|
9%
|
11%
|
12%
|
Dari
data tersebut tentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan pada setiap
kondisi (buruk, sedang, baik).
Pada
kondisi buruk :
Kebutuhan
dana untuk membiayai investasi tersebut yang menghasilkan biaya optimal (13%)
adalah 40% hutang dan 60% modal sendiri. Laba yang diperoleh sebesar Rp.
1.200.000.000,- merupakan kelompok modal sendiri, sehingga perlu tambahan
hutang 40/60% x Rp. 1.200.000.000 = Rp. 800.000.000,- sehingga dana yang
tersedia secara optima Rp. 200.000.000, pada kondisi buruk, kebutuhan dana
untuk investasi :
Invest
|
Nilai investasi
|
A
|
400.000.000
|
B
|
300.000.000
|
C
|
300.000.000
|
D
|
400.000.000
|
Total
|
1.400.000.000
|
Kebutuhan
dana Rp. 1.400.000.000,- tersebut akan dipenuhi dari hutang :
40%
x 1.400.000.000 = 560.000.000. Dari modal sendiri : 60% x 1.400.000.000 =
840.000.000. Keuntungan yang diperoleh Rp. 1.200.000.000 dan di investasikan
kembali 840.000.000, maka laba yang dibagikan : 1.200.000.000 – 840.000.000 =
360.000.000.
Kondisi
sedang :
Invest
|
Nilai Investasi
|
A
|
400.000.000
|
B
|
300.000.000
|
C
|
300.000.000
|
D
|
400.000.000
|
E
|
400.000.000
|
Total
|
1.800.000.000
|
Kebutuhan
dana 1.800.000.000 tersebut dipenuhi dari :
-
Hutang
: 40% x 1.800.000.000 = Rp.
720.000.000,-
-
MDS
: 60% x 1.800.000.000 = Rp.
1.080.000.000,-
Keuntungan yang diperoleh 1.200.000.000, dan
diinvestasikan kembali 1.080.000.000, maka laba yang dibagikan : 1.200.000.000
– 1.080.000.000 = 120.000.000.
Kondisi baik :
Pada kondisi baik, kebutuhan dana
untuk investasi yang menghasilkan return diatas.
Biaya rata – rata modal sebesar :
Invest
|
Nilai Investasi
|
A
|
400.000.000
|
B
|
300.000.000
|
C
|
300.000.000
|
D
|
400.000.000
|
E
|
400.000.000
|
F
|
400.000.000
|
Total
|
2.200.000.000
|
Kebutuhan
dana sebesar Rp. 2.200.000.000,- tersebut akan :
-
Dipenuhi
hutang : 40% x 2.200.000.000
= 880.000.000
-
Modal
sendiri : 60% x
2.200.000.000 = 1.320.000.000
Keuntungan perusahaan Rp. 1.200.000.000,- dan
diinvestasikan kembali
Rp. 1.320.000.000,- maka laba habis untuk investasi
dan masih perlu emisi sebesar Rp. 1.320.000.000 – Rp. 1.200.000.000 = Rp.
120.000.000,-
2.
Dividen Model Walter
Selama keuntungan yang diperoleh dari Reinvestasi
lebih tinggi dibanding dengan biayanya, maka Reinvestasi tersebut cenderung
akan meningkatkan harga saham/nilai perusahaan :
DPS + r/Cc
(EPS – DPS)
P =
Cc
|
P =
harga saham
EPS = laba per lembar saham
DPS =
dividen per lembar saham
r =
return dari reinvestasi
Cc =
biaya modal sendiri
Contoh.
PT.X tahun ini menghasilkan laba per lembar saham
Rp. 2.500,- biaya modal sendiri diperkirakan 10%, dari reinvestasi bila kondisi
perekonomian baik menghasilkan return 13%, bila kondisi buruk menghasilkan 8%.
Perusahaan mempunyai beberapa alternative pembagian
dividen yaitu dividen payout ratio (DPR) sebesar 20%, 40%, 60%, & 80%.
Dari rata – rata tersebut hitunglah harga saham pada
masing – masing DPR tersebut untuk masing – masing kondisi ekonomi.
Jawab.
a. Kondisi ekonomi baik
-
Dividend
Payout Ratio 20%
DPS = 20% X Rp. 2.500 = Rp. 500
DPS + r/Cc
(EPS – DPS)
P =
Cc
500 + 0,13/0,10 (2500 – 500)
= = 31.000
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 40%
DPS = 40% x Rp. 2.500 = Rp. 1000,-
1000 + 0,13/0,10 (2500 – 1000)
P = = 29.500
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 60%
DPS = 60% x Rp. 2.500 = Rp. 1.500,-
1.500 +
3,13/0,10 (2500 – 1500)
P
= = 28.000
0,10
-
Dividend
payout Ratio 80%
DPS = 80% x Rp. 2.500 = Rp. 2.000,-
2000 + 0,13/0,10 (2.500
– 2000)
P
= = 26.500
0,10
b. Kondisi ekonomi sedang
-
Dividend
Payout Ratio 20%
DPS = 20% x Rp. 2.500 = Rp. 500,-
500 +
0,10/0,10 (2.500 – 1.000)
P
= = 25.000
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 40%
DPS = 40% x Rp. 2.500 = Rp. 1000,-
1.000 + 0,10/0,10 (2.500
– 1.000)
P
= = 25.000
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 60%
DPS = 60% x Rp. 2.500 = Rp. 1.500,-
1.500 +
0,10/0,10 (2.500 – 1.500)
P
= = 25.000
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 80%
DPS = 80% x Rp. 2.500 = Rp. 2.000,-
2.000 +
0,10/0,10 (2.500 – 2.000)
P
= = 25.000
0,10
c. Kondisi ekonomi buruk
-
Dividend
Payout Ratio 20%
DPS = 20% x Rp. 2.500 = Rp. 500,-
500 +
0,8/0,10 (2.500 – 500)
P
= = 21.000
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 40%
DPS = 40% x Rp 2.500 = Rp. 1.000,-
1000 +
0,8/0,10 (2.500 – 1.000)
P
= = 22.000
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 60%
DPS = 60% x Rp. 2.500 = Rp. 1.500,-
1.500 +
0,8/0,10 (2.500 – 1.500)
P
= = 23.000
0,10
-
Dividend
Payout Ratio 80%
DPS = 80% x Rp. 2.500 = Rp. 2.000,-
2.000 +
0,8/0,10 (2.500 – 2.000)
P
= = 24.000
0,10
Kesimpulan,
pada kondisi baik dimana preturn dari investasi lebih besar disbanding dengan
biaya modal sendiri, maka semakin besar porsi dividen yang dibagikan (dividend
payout ratitonya semakin besar) garha saham akan semakin turun. Jadi bila
keuntungan dari reinvestasi lebih besar sebaiknya dividen yang dibagikan kecil
saja, agar harga saham semakin meningkat.
3.
Dividen Mode Modigliani dan
Miller
Bahwa pada kondisi keputusan investasi yang given
pembayaran dividen tidak relevan untuk diperhitungkan, karena tidak akan
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kenaikan nilai perusahaan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan/earning
power → nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
Kenaikan pembayaran dividen akan diimbangi dengan
penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru.
Harga saham pada awal periode (Po) adalah sebesar
nilai sekarang dari dividen yang dibayarkan akhir periode pertama (D1)
ditambah dengan nilai sekarang harga saham akhir periode (P1)
D1 + P1
P0 =
(1 + Ke)
|
P0 =
harga saham per lembar tahun ke-0
D1 =
dividen tahun ke-1
P1 =
harga saham tahun ke-1
Ke = biaya
modal sendiri
Apabila n merupakan jumlah lembar saham
tahun ke-0 dan m merupakan jumlah lembar saham baru ang terjual tahun pertama
pada harga P1, maka :
nD1 + (n + m) P1
– mP1
nP0 =
(1 + Ke)1
|
Sedangkan jumlah saham baru yang dikeluarkan bisa
dihitung dengan rumus :
mP1 = I – (x – nD1)
|
I = total investasi baru
x = total keuntungan baru dari perusahaan untuk
periode itu
Contoh.
Perusahaan ABG mempunyai 250.000 lembar saham yang
beredar dengan harga jual Rp. 5.000,-/lembar. Tingkat kapitalisasi dari modal
(biaya modal) sebesar 10%. Manajemen memutuskan untuk membayar dividen Rp.
400,-/lembar saha pada akhir tahun. Apabila tidak ada pajak dan perusahaan
beroperasi sesuai asumsi model MM, maka dapat dihitung :
A. Harga saham per lembar apabila
perusahaan tidak membayar dividen :
P1 = P0 (1 + Ke) – D1
= 5.000 (1 + 0,1) – 0 = Rp. 5.500,-
B. Apabila dividen yang dibayarkan
Rp. 400,- maka harga saham akan menjadi :
P1 = 5.000 (1 + 0,1) – 400
P1 = Rp. 5.100,-
C. Jumlah lembar saham baru yang
harus dikeluarkan bila perusahaan membayar dividend an menerima keuntungan
bersih sebesar Rp 2.000.000.000,- dengan melakukan investasi Rp. 300.000.000,-
adalah :
n =
250.000 P1 = Rp. 5.100,-
I =
300.000.000 D1 = Rp. 400,-
x
= 200.000.000
5.100 m = 300.000.000 – (200.000.000 – 250 x 400)
5.100 m = 300.000.000 – 100.000.000
m =
39.216 lembar
Bila perusahaan membagi dividen
sebesar Rp. 400,-/lembar, maka untuk mengganti dividen yang dibayarkan
perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebanyak 39.216 lembar.
No comments:
Post a Comment